Bab 3
Dengan Menyebut Nama
Allah
Aku Ingin Lebih Dekat
Kepada-Mu
Wahai pemuda yang beriman, yakinlah bahwa kedekatan diri kita kepada
Allah akan membawa ketenangan, sebaliknya menjauhkan diri dari Allah akan
membuat jiwa gelisah, hampa, dan galau. Namun, banyak orang yang keliru dalam
mencari jalan menuju ketenangan hidup.
Perhatikan keadaan masyarakat di
sekeliling kita, banyak sekali orang yang ingin mendapatkan ketenangan hidup,
namun mereka salah jalan. Ada yang menganggap bahwa ketenangan hidup dapat
diraih jika memiliki kedudukan yang tinggi. Mereka begitu antusias untuk
meraihnya. Benarkah kedudukan yang tinggi bisa memastikan seseorang menjadi
lebih tenang hidupnya? Ternyata dalam kenyataannya orang yang memiliki
kedudukan tinggi ada yang hidup tenang, namun banyak juga yang hidupnya semakin
tidak tenang.
Ada juga orang-orang yang mencari
ketenangan hidup dengan mengkonsumsi obat penenang. Memang ketenangan itu
didapatkan dalam waktu yang relatif pendek. Setelah efek dari obat itu hilang
maka kegelisahan kembali muncul disertai kerusakan organ fisik sebagai dampak
negatif dari obat penenang tersebut.
Banyak juga juga orang yang beranggapan
bahwa kekayaan yang berlimpah bisa membuat hidup jadi lebih tenang. Ternyata
dalam kehidupan nyata, dari dulu sampai sekarang, ada orang yang hartanya
melimpah belum tentu tenang. Ada diantara mereka yang memiliki kekayaan dan
hidup dengan nyaman, namun tidak sedikit malah menjadi sengsara dengan harta
yang berlimpah itu. Contohnya adalah Qarun. Kekayaan yang berlimpah malah
membuatnya hidupnya sengsara dan celaka.
Pada dasarnya sesuatu yang dapat membuat
kehidupan kita menjadi lebih nyaman bukanlah melalui kedudukan yang tinggi,
atau karena hidup bergelimang harta, atau karena dipacu dengan obat penenang.
Hakikat ketenangan hidup adalah pada saat kita dekat, semakin dekat, dan begitu
dekat dengan Allah SWT. Dalam keadaan bagaimanapun seseorang yang dekat dengan
Allah SWT akan menemukan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman hidup yang
sejati. Nah, menyebut Nama Allah, mengindahkan nama-nama-Nya, dan mengamalkan
keindahan makna Nama-nama Allah dapat menjadi salah satu alternatif cara untuk
lebih dekat dengan-Nya.
Tahukah kalian bahwa Allah SWT mempunyai
nama-nama yang indah, agung, dan sarat dengan makna. Nama-nama Allah yang indah
itu disebut Asmaul Husna. Jumlah asmaul husna ada 99. Sembilan puluh sembilan
asmaul husna tersebut mencerminkan bahwa Allah SWT Maha segala-galanya.
Wahai anak yang pandai mengambil hikmah,
dari 99 asmaul husna yang dimiliki Allah itu, ada berapa asma yang sudah kalian
pahami? Tentu sudah banyak, bukan? Nah, untuk lebih mendalami maknanya dan agar
lebih bisa mengetahui tentang kemuliaan-kemuliaan Allah melalui asma-asmanya,
serta bisa meneladani asma-asma Allah tersebut, alangkah baiknya jika kalian
mau mencoba mengenal asma-asma Allah satu per satu.
A. Memahami Makna Asmaul Husna al-Kariim, al-Mu’min, al-Wakiil,
al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir Agar Menjadi
Pribadi Terpuji
Bagaimana pendapat kalian tentang
alam semesta beserta isinya? Apakah tiba-tiba ada ataukah ada yang menetapkan
dan menciptakannya? Saat kita merenungkan keadaan alam semesta ini, maka kita
akan menemukan jawaban bahwa semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan
(makhluk) Allah SWT. Allah SWT mempunyai sifat-sifat yang agung, mulia, dan
besar yang tidak terdapat pada semua rnakhluk-Nya. Oleh karena itu, semua
makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya. Namun, sifat-sifat Allah SWT tersebut
tidak hanya tergambar dalam sifat wajib-Nya, melainkan juga dari nama-nama baik
dan mulia yang menyertai-Nya. Nama baik dan mulia ini dinamakan Asmaul Husna.
Tahukan kalian tentang
makna Asmaul Husna dan bagaimana cara mengetahuinya? Mari kita urai makna kata
asmaul husna. Ditinjau dari makna kata asma/ism adalah nama, sedangkan husna
adalah baik. Jadi Asmaul Husna, merupakan sebutan atau nama-nama Allah SWT yang
baik. Saat kita meneliti dalam Al-Qur’an, maka kita akan memperoleh bahwa nama-nama
baik bagi Allah SWT berjumlah 99 nama. Dengan demikian, dapat kita simpulkan
bahwa sebenarnya Allah SWT sendirilah yang membuat nama-nama itu untuk
diri-Nya.
Firman Allah SWT dalam QS
Al Hasyr (59) ayat 24 :
Artinya : “Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik.
Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hasyr (59) : 24)
Apabila seseorang
menyatakan dirinya mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan dari seberapa
sering ia menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan dengan menyebut
kalimat-kalimat tayyibah atau menyebut nama-nama Allah SWT dalam asmaul husna.
Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
Artinya : “Hanya
milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. Al A’raf (7) : 180)
Berdasarkan ayat di atas,
kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama Allah SWT yang terhimpun
dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan sebaiknya didahului dengan
menyebut nama-Nya (terwujud dalam kalimat basmalah). Allah SWT memerintahkan
untuk menyebut-Nya dengan Asmaul Husna sebagai pujian dan pengantar doa
kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta sesuatu. Dengan memuji nama-Nya
terlebih dahulu, harapan akan terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar.
Dalam salah satu hadisnya,
Rasulullah menjelaskan:
Artinya : “Dari Au Hrairah ra Sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda : Sesungguhnya Allah SWT mempunyai sembilan puluh sembilan nama,
seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk
surga”. (HR Bukhari)
Dari 99 nama Allah SWT
tersebut akan dibahas 7 asmaul husna, yaitu: al-Kariim,
al-Mu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-‘Adl, dan al-Akhiir.
1.
Al-Kariim
Secara bahasa Al-Karim ( الكريم
) mempunyai arti Yang Maha Mulia, Yang Maha Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Dia-lah
Zat Yang Mahamulia secara mutlak. Allah Mahamulia di atas segala-galanya, sehingga
apabila seluruh makhluk-Nya tidak ada satupun yang taat kepada-Nya, maka tidak
akan mengurangi sedikitpun kemuliaan-Nya. Begitu pula sebaliknya, jika seluruh
makhluk-Nya taat dan patuh dalam melaksanakan perintah-Nya, maka tidak akan
pula menambah kemuliaan-Nya.
Sedangkan
menurut istilah, Al-Karim diartikan sebagai Allah Yang Maha Mulia lagi Maha
Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua mahkluk-Nya. Dapat pula
dimaknai sebagai Dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan, Maha pemurah,
pemberi nikmat dan keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak.
Saat dikaitkan dengan
perilaku manusia di dunia ini, maka orang yang memberikan sesuatu kepada
sebagian manusia dan menyisakan sebagian, dia adalah seorang yang murah hati.
Orang yang memberikan sebagian besar miliknya dan menyisakan sedikit untuknya, dia
adalah orang yang dermawan.
Saat Al-Karim dimaknai Maha
Pemurah, maka Allah memberi berbagai kebaikan tanpa mengharap pamrih, karena
Allah bersifat Maha Pemurah secara mutlak. Allah telah menyediakan segala
keperluan makhluk-Nya dan mempermudahkan makhluk-Nya memperolehi rezeki
masing-masing dengan kehendak-Nya juga. Tidak ada sesuatu yang di luar campur
tangan-Nya untuk memberikan membahagikan dan kebaikan kepada makhluk-Nya. Hal
ini dapat kita pahami dari firman Allah dalam QS. Adz-Dzariyat (51) : 57-58 :
Artinya : “Aku tidak menghendaki rezeki
sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku
makan. Sesungguhnya, Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai Kekuatan
lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat (51) : 57-58).
Saat Al-Karim dimaknai Maha
Pemberi, maka Allah senantiasa memberi, tidak pernah terhenti pemberian-Nya. Kedermawanan
Allah diberikan-Nya kepada semua manusia,
manusia yang tidak berharta maupun berdosa. Manusia tidak boleh berputus
asa dari kedermawanan Allah jika miskin dalam harta, karena kedermawanan-Nya
tidak hanya dari harta yang dititipkan melainkan meliputi segala hal. Manusia
yang berharta dan dermawan hendaklah tidak sombong jika telah memiliki sifat
dermawan karena Allah tidak menyukai kesombongan. Dengan demikian, bagi orang
yang diberikan harta melimpah maupun tidak dianugerahi harta oleh Allah, maka
keduanya harus bersyukur kepadanya karena orang yang miskin pun telah diberikan
nikmat selain harta.
Perhatikan firman Allah dalam
QS. An-Naml (27) : 40 berikut ini.
Artinya : “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari
Al-Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur, maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
Barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia". (QS. An-Naml (27) : 40)
Ayat tersebut mengajarkan umat Islam untuk senantiasa bersyukur kepada
Allah. Kenapa demikian? Karena barangsiapa yang bersyukur kepada-Nya, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Mahamulia. Allah memberi
bukan karena butuh kepada makhluk, tapi karena Allah bersifat Kariim (Maha
Pemurah). Jadi, tidak sepantasnya manusia berbuat durhaka kepada Allah karena
sudah terlalu banyak Allah menurunkan berbagai nikmat dan rahmat untuk mereka.
Allah berbuat baik kepada
seluruh makhluk tanpa sebuah kewajiban yang mesti dilakukannya. Semua kebaikan
yang diberikan Allah kepada makhluk adalah semata-mata atas kemurahan Allah
kepada makhluk-Nya. Dengan demikian, makhluk itu menjadi mulia. Perlu kita
ketahui bahwa segala kemulian yang terdapat pada makhluk adalah atas pemberian
Allah Yang Mahamulia. Hal tersebut menunjukkan akan kemuliaan makhluk tersebut
disisi Allah, melebihi makhluk-makhluk yang lainnya.
Saat Al-Karim dimaknai Yang
Maha Pemberi Maaf, maka Allah memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam
menunaikan kewajiban kepada Allah, kemudian hamba itu mau bertobat kepada Allah
swt. Bagi hamba yang berdosa, maka Allah adalah Yang Maha Pengampun. Dia akan
mengampuni seberapa pun besar dosa hamba-Nya selama ia tidak meragukan kasih
sayang dan kemurahan-Nya. Dibandingkan dengan karunia Allah yang Maha Pemurah
dan tidak terhingga, dosa dan perbuatan maksiat seorang hamba adalah kecil dan
tidak berarti. Jika seorang hamba bertobat dari kesalahannya, Allah menghapus
dosanya dan mengganti posisi kesalahan tersebut dengan nilai kebaikan.
Jika kita mau mencermati, asmaul
husna Al-Kariim menunjukkan kesempurnaan dan kemulian Allah dalam Dzat dan
segala sifat, serta perbuatan-Nya. Di dalam nama Al-Karim terdapat segala hal
yang terpuji. Allah Mahamulia dalam Dzat-Nya, maka tidak ada cacat sedikitpun
dalam Dzat Allah. Allah Mahamulia dalam segala sifat-Nya, maka tidak ada sifat
jelek terdapat pada Allah. Allah juga
Mahamulia dalam segala perbuatan-Nya, maka tidak ada kecacatan dalam perbuatan
Allah. Sesungguhnya segala perbuatan Allah penuh dengan berbagai hikmah yang
luas.
2.
Al-Mu’min
Asmaul husna Al-Mu’min dapat
dimaknai
Allah sebagai Maha Pemberi rasa aman bagi makhluk
ciptaan-Nya dari perbuatan zalim. Allah adalah sumber rasa aman dan keamanan
dengan menjelaskan sebab-sebabnya. Dengan memberi rasa aman ini, maka
Allah akan menutup jalan-jalan yang menakutkan bagi orang yang beriman
kepada-Nya. Kenapa harus ada rasa aman? Karena rasa aman merupakan hal penting
bagi manusia untuk menenteramkan hati dan menenangkan pikiran. Seseorang yang
berada di tempat-tempat yang menakutkan pasti menginginkan rasa aman. Untuk
itulah, permintaan rasa aman itu harusnya ditujukan hanya kepada Allah semata,
bukan yang lain. Orang mukmin tidak akan membayangkan memperoleh rasa aman dan
keamanan itu melainkan dari Allah SWT.
Firman Allah dalam QS.
Quraisy (106) ayat 4 sebagai berikut :
Artinya : “Yang telah memberi makanan
kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa
ketakutan.” (QS. Quraisy (106) : 4)
Setelah manusia mendapatkan
rasa aman, maka kewajiban selanjutnya adalah memberi rasa aman kepada orang
yang berada di sekitarnya. Dengan demikian, setiap orang yang ketakutan dan mengharap
bantuan kepadanya akan tetap merasa aman ketika berurusan dengannya, baik saat
dalam urusan agama maupun duniawi, Hal ini sesuai dengan apa yang diajarka oleh
Rasulullah saw bahwa orang yang beriman akan menjadikan tetangganya merasa aman
dari kejahatan-kejahatannya.
Saat seseorang mampu
memberi rasa aman kepada orang lain, maka kelak orang itu akan menjadi orang
yang terpercaya. Perlu kita ketahui bahwa tidaklah mudah menjadi orang yang
terpercaya karena banyak godaan yang selalu menghadangnya. Meskipun demikian,
saat kita berpegang teguh kepada asmaul husna Al-Mu’min, maka kita akan memiliki
kepedulian untuk menolong kepada orang lain, hatinya tidak tergerak untuk
menolong saudara muslim ketika membutuhkan bantuan.
Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam QS. Al Maidah (5) ayat 2
berikut ini :
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah (5) : 2)
3.
Al-Wakiil
Asmaul husna Al-Wakil mempunyai
arti Yang Maha Pemelihara atau Yang Maha Tepercaya. Allah memelihara dan menyelesaikan
segala urusan yang diserahkan oleh hamba kepada-Nya tanpa membiarkan apapun
terbengkalai. Allah mengurus segala urusan hamba-Nya dan memudahkan segala yang
dibutuhkan oleh mereka. Dia sebagai tempat segala perkara/persoalan diwakilkan atau
dipercayakan kepada-Nya. Jika sudah diketahui demikian, maka hendaknya manusia menyerahkan
segala urusan (bertawakal) kepada-Nya, sebab Dialah sebaik-baik yang diserahi
urusan. Allah-lah wakîl yang paling dapat diandalkan karena Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Allah adalah sebaik-baik wakil yang layak dimintai
pertolongan. Allah adalah wakil sebaik-baik pengharapan. Ketika kita menjadikan
Allah sebagai wakil mengandung maksud menyerahkan segala persoalan kepada-Nya,
tentunya setelah usaha penuh kesungguhan. Kepantasan ini dapat kita pahami dari
firman Allah berikut.
Artinya : “Semua yang ada di langit dan bumi
selalu meminta kepadanya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. AR-Rahman (55)
: 29)
Orang yang mempercayakan
segala urusan atau berserah diri (bertawakal) kepada Allah, akan memiliki
kepastian bahwa semua akan diselesaikan dengan sebaik-baiknya oleh Allah. Hal
itu hanya dapat dilakukan oleh hamba yang benar-benar beriman dan merasa yakin
bahwa Allah-lah satu satunya yang dapat dipercaya oleh para hamba-Nya. Yang
dimaksud dengan berserah diri (bertawakal) ialah menyerahkan diri seutuhnya
untuk diatur oleh Allah. Menyerahkan diri kepada Allah bukanlah berarti
mengabaikan usaha. Namun kita harus berusaha terlebih dahulu dengan sekuat
kemampuan yang ada.
Hal ini sesuai dengan
firman Allah:
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (QS. al-Anfal
(8): 2)
Artinya : “Dan siapa yang bertawakal
kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS.
ath-Thalaq (65): 3)
.
Hikmah lain dari sikap tawakal
yaitu mendorong tumbuhnya kesiapan mental dalam menghadapi ketidaksesuaian
antara harapan dengan kenyataan. Ruh dari kesiapan mental ini adalah keyakinan
bahwa Allah saja yang menentukan segalanya. Ingatlah bahwa sesuatu yang menurut
kita baik, belum tentu baik menurut Allah. Yang baik dalam pandangan Allah,
sudah tentu baik bagi kita meskipun kita sendiri tidak menyadarinya. Oleh
karena itu, kita harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah.
Dengan demikian, jika kita
bertawakal kepada Allah berarti menjadikan Allah sebagai wakil dalam menghadapi
persoalan hidup yang tengah kita hadapi, baik persoalan menyangkut kehidupan
keluarga, ekonomi, kehidupan bertetangga dan bersosial, maupun persoalan dalam
menghadapi musibah.
4.
Al Matiin
Asmaul husna Al-Matin
berarti bahwa Allah Maha Sempurna dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan
dalam prinsip sifat-sifat-Nya, tidak akan Allah melemahkan suatu sifat-Nya.
Allah juga Maha Kukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya. Oleh karena itu, sifat
Al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak
ada taranya. Jadi, kekukuhan Allah tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan.
Siapakah yang paling kuat dan kukuh selain Allah? Tidak ada satu makhluk pun
yang dapat menundukkan Allah meskipun seluruh makhluk di bumi ini bekerjasama. Hal
ini sesuai dengan firman Allah swt:
Artinya : “Sungguh Allah, Dialah
pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh.” (QS. Adz-Dzariyat
(51) : 58)
Dengan demikian, ketika Allah
bersikukuh dalam memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya, maka tidak ada
apapun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk sampai kepada hamba-Nya yang
telah dikehendakinya. Demikian juga tidak ada kekuatan yang mampu mencegah azab-Nya
jika Allah ingin menurunkan azab kepada seseorang atau kelompok tertentu.
Kemurkaan dan azab-Nya akan mengenai sasaran tanpa meleset sedikitpun. Seorang
hamba harus mengharapkan agar semua kebaikan dan keindahan datang dari Allah
SWT dan hanya takut kepada azab Allah SWT.
Apabila
kita bersikap dan berperilaku benar dalam menjalani kehidupan di dunia ini,
maka Allah akan menolong kita. Akan tetapi, apabila kita salah dalam menjalani
kehidupan ini, maka keputusan Allah untuk mengazab atau memasukkan kita ke
neraka tidak bisa diubah. Apabila seseorang itu paham bahwa Allah itu Maha
Kokoh, maka dia akan berhati-hati dalam hidup ini serta berusaha untuk
mencukupi segala persyaratan yang bisa menyelamatkannya dari azab Allah dan api
neraka. Artinya, sikap kita dalam menyikapi Al-Matin ini adalah harus
bersungguh-sungguh untuk bisa memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
Allah. Apa syarat-syarat tersebut? Melaksanakan rukun iman dan rukun Islam
adalah kunci dasar dalam memenuhi syarat tersebut.
Perlu kita yakini bahwa
kelak di alam akhirat, segala keputusan Allah bersifat kokoh dan tidak ada satu
pun makhluk Allah yang mampu mengubahnya. Dengan demikian, apabila Allah telah
memutuskan bahwa kita termasuk penghuni surga, maka kita akan dimasukkan ke
dalam surga-Nya dan tidak ada satupun yang mampu mengubahnya. Hal ini dikarenakan
bahwa di dalam memutuskan segala sesuatu, Allah tidak perlu bermusyawarah
dengan makhluk-makhluk-Nya. Di samping itu, Allah telah mempertimbangkan seluruh
keputusan-keputusan-Nya dengan segenap pertimbangan yang matang dan dihadirkan
saksi-saksi, bukti-bukti, serta catatan-catatan, sehingga Allah telah
menetapkan keputusan-Nya secara tepat dan benar. Oleh karena itu, kita mulai
sekarang harus segera berbenah diri untuk bersikap dan berperilaku yang sesuai
dengan syariat agama Islam, salah satunya dengan meneladani asmaul husna
Al-Matin. Dalam meneladani Al-Matin ini kita dapat lakukan dengan cara beristiqamah
(meneguhkan pendirian), beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan
oleh bisikan menyesatkan, terus berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama
dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat. Nah, jika kita melalaikan
Al-Matin ini, maka akan dikuatirkan bahwa kita tidak mendapat kesempatan lagi
dalam menerima keputusan Allah yang baik agar kelak mendapat nikmat di surga.
5.
Al-Jaami’
Asma Allah Al-Jami’ berasal
dari kata jama’a yang berarti
mengumpulkan segala sesuatu yang tersebar. Berdasarkan arti tersebut, Allah SWT
yang mempunyai asma Al-Jami’ yang berarti Maha Mengumpulkan mempunyai kemampuan
untuk mengumpulkan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Kemampuan
Allah SWT tersebut tentu tidak terbatas sehingga Allah mampu mengumpulkan
segala sesuatu baik yang serupa maupun yang berbeda, yang nyata maupun yang
ghaib, yang terjangkau oleh manusia maupun yang tidak bisa dijangkau oleh
manusia, dan lain sebagainya.
Kemampuan
Allah SWT untuk mengumpulkan segala sesuatu tersebut
menandakan bahwa Allah adalah Dzat yang sangat
luar biasa, yang tidak ada tandingannya di dunia ini. Ini merupakan salah satu
bukti bahwa kekuasaan Allah SWT adalah mutlak.
Coba kalian bayangkan! Jika Allah tidak punya asma Al-Jami’, tentu
segala sesuatu yang ada di langit dan bumi ini akan berserakan dan tersebar
tidak beraturan, bukan?
Akan tetapi, karena Allah
mempunyai asma Al-Jami’, isi alam semesta ini yang berupa ruang angkasa, galaksi, gugusan bintang,
bumi, lautan, tumbuhan, hewan, manusia, dan makhluk lainnya dapat terkumpul
dengan tertib dan rapi. Benda-benda di langit dan di bumi mampu terkumpul dan
beredar sesuai dengan tugasnya masing-masing atas perintah Allah SWT. Allah SWT
juga mampu mengumpulkan makhluk-makhluk seperti kita, manusia, hewan serta
tumbuhan berkelompok-kelompok. Manusia dikelompokkan dengan suku-suku dan
bangsa-bangsa tertentu, sedangkan tumbuhan dan hewan dikelompokkan dari kingdom
sampai spesies tertentu. Begitu juga dengan makhluk-makhluk lain seperti jin,
iblis, dan malaikat. Allah SWT yang mempunyai asma Al-Jami’ mampu mengumpulkan
jin-jin, para iblis, dan para malaikat sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Dia juga
mampu mengumpulkan
tulang, urat, keringat, darah,
otot, dan organ-organ lainnya hingga terhimpun menjadi makhluk yang
sempurna seperti manusia.
Hal lain yang sangat penting
yang berkaitan dengan asma Allah Al-Jami’ adalah Allah SWT akan mengumpulkan
serta menghimpun segala amal ibadah, pahala, maupun dosa setiap hamba-Nya.
Allah SWT juga akan mengumpulkan seluruh umat manusia di hari kiamat untuk
dimintai pertanggungjawaban atas hidupnya selama di dunia. Kekuasaan Allah SWT
untuk mengumpulkan manusia di hari akhir ini berarti juga bahwa Allah SWT
sangat mampu mengumpulkan bagian-bagian tubuh manusia sesudah ia
bercerai-berai, dan Allah pula lah yang akan membangkitkan mereka kembali,
serta menghimpun mereka di padang mahsyar.
Pernahkah kalian membayangkan,
bagaimana mungkin jasad manusia yang sudah hancur dan tersisa
tulang-belulangnya saja, bahkan ada yang sampai menjadi abu karena dibakar,
seperti yang dilakukan masyarakat Bali dalam upacara Ngaben, bisa dikumpulkan
lagi di hari akhir untuk dimintai pertanggungjawaban? Bagaimana juga dengan
jasad-jasad korban tenggelam di laut dan korban kecelakaan udara yang
serpihan-serpihannya tidak jelas ada dimana? Apa mungkin bisa dikumpulkan lagi
di padang mahsyar? Tentu sangat mungkin. Kekuasaan Allah SWT yang tidak
terbatas akan mengumpulkan mereka di hari akhir dengan sangat mudah sekali.
Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT dalam Q.S. Saba’ (34) ayat 26 sebagai berikut.
Artinya: Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia
memberi keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi keputusan
lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Saba’ (34) : 26)
Allah SWT juga berfirman dalam Q.S. Ali 'Imran (3)
ayat 9 yang berbunyi :
Artinya:
"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau
mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada
keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.” (Q.S.
Ali 'Imran (3) : 9)
Mahasuci Allah yang telah
menciptakan makhluk yang berbeda-beda kemudian mengumpulkannya di jagad raya
dan menjadikan makhluk-makhluk itu saling melengkapi. Mari kita renungkan,
komponen-komponen yang berbeda kemudian dikumpulkan dan dirangkai pada akhirnya
bisa menjadi kendaraan yang dapat berfungsi. Berbagai bumbu dan bahan makanan
yang ketika berdiri sendiri tidak enak, kemudian diramu oleh seorang chef menjadi
sebuah menu masakan yang lezat. Demikianlah kehidupan ini, setiap orang itu
memiiki kemauan, prinsip, atau pilihan yang berbeda-beda. Jika perbedaan ini
disatukan dalam sebuah harmoni, maka akan menjadikan hidup lebih indah dan
lebih berwarna. Dalam hal ini sungguh luar biasa ide dari the founding
father bangsa kita yang menjadikan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan
bangsa Indonesia.
6.
Al-Adl (Maha Adil)
Asmaul Husna Al-Adl berarti
Maha Adil. Keadilan Allah SWT bersifat mutlak, tidak dipengaruhi apapun dan
siapapun. Allah Mahaadil karena Allah selalu menempatkan sesuatu pada tempat
yang semestinya, sesuai dengan keadilan-Nya yang Maha Sempurna. Dia bersih dari
sifat aniaya, baik dalam hukum-Nya maupun dalam perbuatan-Nya. Di antara
hukum-Nya mengenai hak hamba-hamba-Nya adalah bahwa tidak ada bagi manusia itu
kecuali apa yang ia usahakan, dan hasil dari segala usahanya itu akan
dilihatnya. Secara normal, orang-orang yang saleh akan ditempatkan di surga
yang penuh dengan kenikmatan, sedangkan orang-orang yang mengabaikan perintah
Allah akan dimasukkan ke dalam neraka yang penuh dengan penderitaan.
Keadilan Allah SWT juga
didasari dengan ilmu Allah SWT yang Maha Luas, sehingga tidak mungkin keputusan
Allah SWT itu salah. Walaupun kalau dilihat dari sudut pandang manusia hal itu
rasanya kurang adil, namun bila dipahami, direnungkan, dan dihayati dengan
penuh rasa iman dan takwa, maka apa yang diputuskan Allah itu merupakan
keputusan yang sangat adil.
Dia menciptakan sebagian
indah dan sebagian yang lain jelek, sebagian kuat dan yang lainnya lemah. Lalu
Dia membuat yang indah menjadi jelek, yang kuat menjadi lemah, yang kaya
menjadi miskin, yang bijaksana menjadi bodoh, yang sehat menjadi sakit.
Semuanya itu adalah sangat adil. Tetapi tampak bagi sebagian kita menganggap bahwa
Allah tidak adil karena kita hanya melihat dari sisi negatifnya saja tentang orang
yang lumpuh, buta, tuli, kelaparan, gila, dan bahwa ada anak muda yang mati.
Dengan demikian, jangan
pernah berpikiran bahwa adanya orang yang kaya dan miskin, orang normal dan
cacat, orang berkulit putih dan hitam, serta perbedaan-perbedaan lainnya
merupakan ketidakadilan Allah SWT. Justru itulah keadilan dari Allah SWT.
Bayangkan! apa jadinya
dunia ini kalau segala sesuatu itu sama, tak ada perbedaan sama sekali dan tak
ada perubahan, pasti dunia ini sangat membosankan.
Perlu kita ketahui bahwa
sebenarnya Allah adalah Pencipta segala keindahan dan keburukan, kebaikan, dan
kejahatan. Dalam hal ini ada rahasia yang sulit dimengerti dibalik penciptaan
itu. Hanya hati dan pikiran yang jernih saja yang mampu memahaminya dengan
baik.
Coba kita renungkan
sejenak, kita harus memahami peristiwa dengan mengenal lawan kata dari sesuatu
agar kita menjadi semakin paham. Jika kita tidak pernah merasakan kesedihan, tentu
tidak akan mengenal kebahagiaan. Jika tidak ada yang buruk, kita tidak akan
mengenal keindahan. Jadi, antara baik dan buruk sama pentingnya. Allah
menunjukkan yang satu dengan yang lain, yang benar dengan yang salah, dan
menunjukkan kepada kita akibat dari masing-masing.
Firman Allah QS. Al Anam (6) : 115
Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai
kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah-robah
kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Anam (6) : 115)
Lawan kata dari keadilan
adalah kezaliman. Kalau keadilan menjadikan ketentraman, keserasian,
keseimbangan, keteraturan, dan ketertiban, maka kezaliman menyebabkan
penderitaan, kerusakan, sakit hati, dan kekacauan. Dengan keadilannya Allah SWT
telah menciptakan alam ini dengan penuh keserasian, keseimbangan, dan Dia
berikan aturan-aturan sehingga manusia dan seluruh penghuni dunia ini merasakan
kedamaian. Namun sebagian manusia itu sendiri yang berbuat zalim terhadap alam,
manusia lain, bahkan terhadap dirinya sendiri sehingga timbul ketidakteraturan
dan
Jadi, seorang yang adl
adalah berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan
ukuran yang ganda. Dari sinilah kita mengetahui bahwa orang yang adil tidak
berpihak kepada salah seorang yang berselisih, dan seorang yang adil selalu berpihak
kepada yang benar, karena baik yang benar maupun yang salah sama-sama harus
memperoleh haknya. Dengan demikian, orang yang adil akan melakukan sesuatu yang
patut dan tidak sewenang-wenang.
Jika seseorang meneladani asmaul
husna Al-Adl, maka orang tersebut akan berusaha memutuskan perkara secara adil
sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun dalam memutuskan suatu
perkara, membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Fushshilat (41) ayat 46:
Artinya : “Barangsiapa
yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri;
dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya.” (QS.
Fushshilat (41) : 46)
7.
Al-Aakhir
Asma Allah Al-Akhir berarti
Dzat Yang Maha Akhir. Maha Akhir disini dapat diartikan bahwa Allah SWT adalah
Dzat yang paling kekal. Tidak ada
sesuatu pun setelah-Nya. Tatkala semua makhluk, bumi seisinya hancur
lebur, Allah SWT tetap ada dan kekal. Pemahaman tentang Allah SWT sebagai Dzat
Yang Maha Akhir ini tidak bisa disamakan dengan pengertian bahwa Allah adalah
akhir dari segala-galanya. Sebab, jika kita pahami dalam pengertian seperti
ini, berarti Allah SWT juga berakhir, tetapi yang paling akhir. Padahal Allah
SWT tidak bisa disamakan dengan yang mendahului-Nya, yaitu makhluk-makhluknya.
Allah SWT tidak berawal dan tidak berakhir tetapi Dia Maha Awal dan Maha Akhir.
Dia merupakan Dzat yang Maha Kekal, dan akan tetap ada sampai kapanpun. Inilah
yang membedakan antara Allah SWT sebagai Sang Khalik (Sang Pencipta) dengan
makhluk (yang diciptakan). Makhluk mempunyai awal yang berupa penciptaannya dan
mempunyai akhir pada saat dia sudah hancur atau mati.
Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Rahman (55): 26-27 sebagai berikut.
Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
(Q.S. Ar-Rahman (55): 26-27)
Sebagai Dzat Yang Maha
Akhir, Allah SWT akan tetap abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah SWT
tersebut menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya tempat bergantung atas segala
urusan kita, baik urusan di dunia maupun urusan-urusan yang akan kita bawa
sampai ke akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang menggantungkan
hidupnya pada selain Allah. Karena sesungguhnya setiap yang ada di langit dan
bumi ini akan hancur.
Mari kita renungkan!
Seandainya kita menyandarkan badan kalian pada tembok agar kalian tidak
terjatuh dan hancur akan tetapi tembok yang kalian sandari ternyata sangat
rapuh dan akan hancur juga, mungkinkah kalian bisa tetap bertahan? Tentu saja
kalian akan ikut hancur, bukan? Hal ini juga berlaku dalam hidup kita. Ketika
kita menyandarkan segala urusan kita pada sesuatu yang tidak kekal, tentu kita
tidak akan bisa bertahan. Pada saat sandaran kita hancur, kita pun akan hancur.
Kehancuran ini tidak hanya kehancuran dalam arti fisik, tetapi yang lebih fatal
lagi adalah kehancuran iman, yang mengantarkan kita pada kehancuran yang paling
kekal yaitu masuk ke neraka jahannam. Na’udzubillahi
min dzalik.
Akan tetapi jika kita bersandar penuh pada
Sang Maha Kekal, pastinya kita tidak akan hancur dan terjerumus dalam
kesesatan. Karena sandaran kita tidak akan pernah hancur dan Maha Mengatur
segala hal yang terjadi pada hidup kita. Dialah tujuan dan tempat bergantung
yang paling utama atas segala urusan makhluk-Nya, baik berupa ibadah, harapan,
rasa takut, harapan, keinginan, dan lain-lain. Allah SWT berfirman dalam Q.S.
Al-Hadid (57) ayat 3:
Artinya: Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia
Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Hadid (57) : 3)
Dalam ayat tersebut, yang
dimaksud dengan yang Awal ialah yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, yang
akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, yang Zhahir ialah,
yang nyata adanya karena banyak bukti-buktinya dan yang Bathin ialah yang tak
dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.
Orang yang mengakui bahwa
Allah adalah Al-Akhir akan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan hidup
yang tiada tujuan hidup selain-Nya, tidak ada permintaan kepada selain-Nya, dan
segala kesudahan tertuju hanya kepada-Nya. Oleh karena itu, jadikanlah akhir
kesudahan kita hanya kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya akhir kesudahan
hanya kepada Rabb kita, seluruh sebab dan tujuan jalan akan berujung kepada
Allah semata.
Selain itu, orang yang
paham dengan asma Allah Al-Akhir akan selalu merasa butuh dengan Allah SWT. Dia akan selalu
mendasarkan apa yang diperbuatnya kepada apa yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk hambaNya. Hal ini dikarenakan dia mengetahui bahwa Allah adalah
pemilik segala kehendak, hati dan niat. Allah yang berhak memutuskan segala sesuatu yang terjadi pada hamba-Nya
dan tidak ada sesuatupun yang akan terjadi kecuali atas izin Allah SWT.
1. Al-Kariim
Kita dapat meneladani asmaul husna
Al-Karim dengan cara berikut:
a.
Berupaya
menjadi orang yang dermawan. Orang yang dermawan akan menyedekahkan sebagian
harta bendanya untuk kemaslahatan umat atau menolong kepada orang-orang yang
membutuhkan pertolongan. Kenapa demikian? Karena segala yang kita miliki sebenarnya
bukanlah milik kita. Akan tetapi milik Allah yang dititipkan kepada kita. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya harta kita digunakan untuk kebaikan bersama.
b.
Menanamkan
sifat mulia dalam diri kita sehingga kita menjadi seorang mukmin yang berakhlak
terpuji. Dengan demikian, Allah Yang Maha Mulia akan mencintai kita karena kita
menerapkan sifat mulia yang memunculkan kemuliaan.
c.
Menanamkan
sifat pemurah dalam diri kita. Allah swt sangat mencintai orang yang bersifat
pemurah dan Dia membenci orang yang bersifat kikir.
d.
Menumbuhkan
rasa cinta yang dalam pada diri kita terhadap orang lain secara tulus. Allah
sangat mencintai kepada hamba-hamba-Nya dengan memberi kasih sayang yang
melimpah. Oleh karena itu, sangatlah pantas jika kita saling mengasihi dan
mencintai di antara sesama manusia.
e.
Menumbuhkan
sifat suka memuliakan tetangga, tamu dan orang lain. Memuliakan tetangga, tamu dan
orang lain adalah salah satu lahan yang baik untuk menjalin silaturahmi. Kenapa
demikian? Karena dengan memuliakan mereka dapat membukakan pintu-pintu rezeki. Di
samping itu, kita akan dimuliakan oleh mereka. Bukankah hal ini merupakan
balasan yang setimpal? Dan secara otomatis kita telah melaksanakan perintah
Rasulullah saw.
f.
Menjadi
seorang pemaaf, karena Allah menyukai sifat pemaaf. Sifat pemaaf inilah akan
membuat kita menjadi seorang yang hatinya lapang dan merasa semakin ringan jika
menghadapi berbagai masalah yang berat. Seorang pemaaf yang mau memaafkan
keasalahan orang lain terhadap dirinya termasuk orang yang sangat mulia di
hadapan Allah swt. Perlu diketahui bahwa apabila seorang mukmin berkenan ikhlas
memaafkan orang lain atas kesalahan yang diperbuatnya, maka derajat
kemuliaannya akan ditambah oleh Allah swt. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah
saw: “Tidaklah seseorang memaafkan, melainkan Allah tambah kemuliaannya.”
g.
Berupaya
menghiasi diri kita dengan keimanan dan ketakwaan agar dapat meraih kemuliaan.
Perilaku-perilaku takwa ini akan mendapat balasan yang setimpal berupa
kebaikan, kebahagiaan, dan kemuliaan di hadapan Allah dan manusia.
2. Al-Mu’min
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Mu’min
dengan cara berikut:
a.
Senantiasa
mengkampanyekan nilai-nilai kejujuran. Kejujuran adalah suatu sikap apa adanya
yang keluar dari hati nurani setiap manusia. Nilai-nilai kejujuran inilah yang menjadi
dasar untuk menciptakan kebaikan, kemaslahatan, dan kesejahteraan dalam suatu
masyarakat, bangsa, dan negara.
b.
Memberi
rasa aman kepada orang lain agar kelak menjadi orang yang terpercaya. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara hidup jujur, menepati janji, memelihara amanat, dan
tidak berkhianat. Sehingga kita dapat memberikan rasa aman terhadap sesama
manusia. Selain itu, kita tidak akan berbuat zalim kepada orang lain.
c. Memiliki kepedulian untuk menolong kepada
orang lain atau hati kita tergerak untuk menolong saudara muslim ketika
membutuhkan bantuan, maka kita juga akan memberi rasa aman kepada mereka
sehingga kita memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh orang mukmin.
d. Membina kehidupan yang tenang dengan tidak
membuat onar, perkelahian, pertengkaran, tawuran, dan segala bentuk perbuatan
yang meresahkan masyarakat. Hendaklah lisan dan tangan kita serta segala
tindakan kita harus menimbulkan rasa aman bagi diri kita dan orang lain.
e. Menyelamatkan orang-orang yang membutuhkan
keselamatan saat terjadi kecelakaan atau bencana alam. Dengan demikian, kita
dapat membantu mereka untuk keluar dari bahaya dan berupaya meringankan
penderitaannya.
f.
Mau
meminta perlindungan kepada Allah. Kenapa demikian? Karena pada dasarnya
manusia adalah lemah. Mereka kebanyakan takut terkena penyakit, miskin, kelaparan
dan kehausan, bahkan takut tertimpa keburukan yang besar. Dengan rasa takut
inilah kita memohon perlindungan dan pertolongan dari Allah.
g.
Menjaga
iman kita hingga meninggal dunia. Kenapa demikian? Tiada suatu pun dalam
kehidupan ini yang lebih berharga bagi kita daripada iman. Dengan bekal iman
yang benar, kita bisa merasakan indahnya kehidupan dunia dan nikmatnya
kehidupan akhirat. Sebab orang yang mati dengan tetap memegangi imannya, maka
ia akan masuk surga dengan segala keindahannya, dan orang yang mati dengan tidak
memiliki iman, maka kelak ia akan masuk neraka dengan segala kepedihannya.
h.
Berusaha
menjadi orang mukmin yang bertakwa. Harus kita sadari bahwa Allah kelak akan
menuntut dan memberi keadilan kepada setiap umat manusia. Semuanya akan dibuka
dengan sebenar-benarnya. Perbuatan baik dan buruknya seseorang, meskipun sangat
kecil akan diketahui. Jadi, jika kita selama di dunia benar-benar beriman dan
bertakwa kepada Allah, tentu kenikmatan yang besar dan abadi akan kita peroleh.
Tetapi apabila keburukan yang selalu kita perbuat, siksalah yang akan selalu
menemani kita. Oleh karena itu, langkah terbaik kita adalag berupaya untuk
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
i.
Menjadi
orang yang terpercaya. Untuk menjadi orang yang terpercaya tidaklah mudah,
banyak godaan yang selalu menghampirinya. Tetapi jika kita mampu meneladani sifat
Allah Al-Mu’min dan menjadikannya pedoman bagi kita dalam bersikap dan
bertindak serta sebagai penunjuk jalan untuk berusaha menjadi orang yang
terpercaya, maka kita kelak akan menjadi orang yang terpercaya.
3. Al-Wakiil
Kita dapat meneladani asmaul husna
Al-Wakil dengan cara berikut:
a.
Melakukan
segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan diniatkan untuk mencari ridla Allah.
Pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka insyaallah hasilnya akan
maksimal dan memuaskan.
b.
Menjalankan
amanat yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Setiap amanat dan
tanggung jawab yang diberikan kepada kita selain dimintai pertanggungjawaban
dari Allah. Dengan demikian, jika amanat itu dapat kita laksanakan dengan baik,
maka kelak pertanggungjawabannya akan ringan daripada jika kita mengabaikan atau
mengkhianati amanat tersebut.
c.
Menghindari
kemalasan dan menumbuhkan sifat bekerja keras, tekun dan ulet. Orang-orang yang
mempunyai semangat yang tinggi dalam bekerja keras, tekun dan ulet akan
diberikan kemudahan dalam berupaya. Hal ini menandakan bahwa ia telah
menerapkan sikap dan perilaku tawakal kepada Allah. Bukankah Allah menyukai
orang-orang yang tawakal dan membenci orang yang malas.
d.
Memasrahkan
semua urusan kepada Allah setelah berusaha dan berdoa. Orang-orang yang mau
menyerahkan diri segala urusannya akan diberikan ketenangan hidup dan
dihindarkan dari rasa ketakutan dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan
cobaan.
e. Menanamkan tanggung jawab yang tinggi
terhadap tugas kita. Jika kita mengaku sebagai pelajar, maka kita bertanggung
jawab untuk selalu belajar dan menuntut ilmu hingga akhir masa.
f. Berupaya untuk memelihara kesucian diri. Menjaga
kesucian diri adalah wajib bagi setiap orang yang beriman. Ini merupakan
pedoman agar kita bisa mempertahankan kesucian diri.
g. Mau berintrospeksi diri dari sikap dan
perilaku yang kita lakukan. Dalam hidup kita tidak terlepas dari perbuatan yang
buruk atau kesalahan yang telah kita lakukan. Tapi terkadang kita tidak pernah
menyadari perbuatan itu. Maka kita perlu introspeksi diri dan segera bertobat.
Karena Allah memerintahkan kita agar selalu memperhatikan apa yang kita
kerjakan sebagai bekal kehidupan di akhirat. Hikmah dari introspeksi diri ini
adalah memperbaiki diri kita, menghilangkan sifat sifat buruk dan merubahnya
menjadi perilaku terpuji.
4. Al-Matiin
Kita dapat meneladani asmaul husna
Al-Matiin dengan cara berikut:
a.
Menerapkan
sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa demikian? Karena kunci
sukses dalam hidup adalah sikap disiplin yang kita wujudkan dalam berbagai
bidang kehidupan kita. Tanpa disiplin yang tinggi mustahil sebuah kesuksesan
bisa diraih. Menerapkan sikap disiplin memang sulit. Disiplin bisa dijalankan
oleh setiap individu apabila ia ikhlas dan ridla menjalankannya.
b.
Beribadah
dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan setan atau iblis menyesatkan.
Setan atau iblis sangat tidak suka jika ada hamba Allah yang ikhlas, khusyuk,
dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah. Oleh karena itu, kita harus
berupaya keras untuk tetap bersemangat dalam beribadah tanpa harus tergoda oleh
bujuk rayu setan.
c.
Terus
berusaha dan tidak putus asa dalam berusaha dan menghadapi cobaan. Semangat
inilah akan memberikan jalan atau solusi untuk mencapai harapan dan cita-cita
serta bersemangat untuk selalu keluar dari cobaan.
d.
Bekerja
sama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat. Saat kita tidak mampu
berusaha secara sendirian, maka langkah terbaik adalah menjalin kerjasama
dengan orang lain sehingga dapat memberikan kekuatan baru dalam berupaya dan
mencapai keinginan yang lebih baik.
e.
Memenuhi
kebutuhan pribadi secara mandiri. Dengan sifat mandiri inilah kita tidak akan
bergantung kepada orang lain. Di samping itu, sifat mandiri akan mengantarkan
kita kepada diri yang kuat dalam menghadapi tantangan hidup yang semakin rumit
dan berat.
f.
Tidak
menggantungkan kepada selain Allah dalam memenuhi kebutuhan. Hal ini
dilatarbelakangi karena segala sesuatu yang diberikan kepada kita adalah
berasal dari Allah. Untuk itulah, dengan bersandar pada Allah Yang Maha Kokoh,
akan membuat kita menjadi lebih kuat, tangguh, dan hebat.
g.
Berusaha
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk hal-hal yang diridlai Allah. Setiap
manusia diberikan kekuatan dan kemampuan yang berbeda-beda. Untuk itulah,
kekuatan dan kemampuan yang ada dalam kita hendaknya digunakan untuk kebaikan
dan kemaslahatan umat sehingga kita mendapat ridla Allah.
5.
Al-Jaami’
Kita dapat meneladani asmaul husna
Al-Jamii’ dengan cara berikut:
a.
Mau
bekerjasama dengan orang lain Tidak ada satu masalah pun yang tidak bisa
diselesaikan dengan kerjasama. Sesulit apapun masalah pasti bisa diselesaikan
dengan kerjasama/musyawarah. Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan oleh
Allah untuk bekerjasama.
b.
Hidup
berdampingan secara harmonis dengan sesama manusia dan makhluk Allah yang lain.
Kita sebagai makhluk sosial harus menyadari bahwa kehidupan kita membutuhkan
orang lain dan makhluk Allah yang lainnya. Untuk itulah, sudah sepantasnya kita
harus menjalin hidup dengan mereka secara harmonis dan tanpa merusak atau
menyakitinya.
c.
Menjaga
pergaulan yang baik. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara memilih teman dan
sahabat yang bisa membawa pada kebaikan. Teman atau sahabat yang baik akan
memberikan bimbingan dan motivasi bagi kita untuk selalu berbuat baik dan
memperbaiki diri.
d.
Memperbanyak
silaturahim. Dengan sering bersilaturahmi akan memberikan manfaat yang begitu
besar bagi kita, di antaranya dapat membuka pintu rezeki, memperpanjang umur,
dan memberikan solusi atas permasalahan yang kita hadapi.
e.
Tidak
berbuat sombong terhadap makhluk Allah di dunia ini, tetapi saling bekerja sama
untuk menggapai ridla Allah. Sikap rendah hati yang kita tunjukkan kepada orang
lain akan membawa rasa penghargaan, penghormatan, dan kemuliaan yang tinggi.
Sedangkan kesombongan yang kita tunjukkan kepada orang lain akan merendahkan
kita dan membuat kita menjadi terasing.
6.
Al-Adl
Kita dapat meneladani asmaul husna Al-Adl
dengan cara berikut:
a. Berbicara, bersikap, dan bertingkah laku
terhadap orang lain dengan baik. Kalau kita merasa sakit hati bila diejek, maka
orang lain juga akan merasa sakit hatinya ketika diejek. Oleh karena itu,
jangan pernah mengejek orang lain. Keadilan dalam berbuat inilah selalu
menyertai kita dalam kehidupan sehari-hari.
b. Jangan melakukan sesuatu yang didasari
atas rasa marah, dendam, atau kepentingan diri sendiri, karena hal itu
menjadikan seseorang berlaku tidak adil. Adil adalah kemuliaan dan pertanda
kebaikan seorang muslim.
c. Berusaha bertindak adil dalam memberlakukan
perilaku terhadap diri kita sendiri karena apa yang ingin kita berlakukan
kepada orang lain telah kita alami. Tentu perbuatan kita tidak didasarkan atas
rasa marah, dendam, atau kepentingan diri sendiri sehingga perbuatan itu tidak
akan merugikan orang lain. Kita akan bertindak dan berbuat sesuai dengan
peraturan dan ketentuan Allah. Dengan demikian, kita akan memberikan hak-hak
orang lain sesuai dengan hak yang mereka miliki. Menegakkan keadilan adalah wujud
pengabdian kita kepada Sang Maha Adil.
d. Kita harus bersyukur atas kebaikan Allah
dan menerima tanpa prasangka atau keluhan atas apapun nasib kita yang tampaknya
kurang baik. Dengan demikian, mungkin rahasia keadilan Allah akan terungkap
kepada kita dan kita akan merasa berbahagia dengan kesenangan dan penderitaan
yang berasal dari Allah Yang Maha Adil.
e. Berusaha menjadi seorang muslim atau
muslimah yang selalu berbuat adil, baik terhadap diri kita sendiri, keluarga, dan
sesama makhluk Allah. Dengan berbuat adil ini, kita akan menghindari perbuatan
zalim dan tidak akan menyakiti orang lain.
f. Tidak membeda-bedakan teman dalam
pergaulan. Semakin kita dapat bergaul dengan siapa saja yang membawa kebaikan,
semakin luas pula pergaulan kita, maka nantinya akan membawa manfaat bagi
kebaikan diri kita sendiri dan kemaslahatan bersama, baik kehidupan di dunia
maupun di akhirat.
g. Berupaya memandang suatu masalah dengan
baik. Hal ini dapat kita alami ketika kita mencari solusi terbaik atas
persoalan yang menimpa kita sendiri maupun orang lain, terlebih jika kita
diminta untuk memutusi persoalan dengan adil. Dari sinilah kita harus mampu
memandang persoalan dengan melihat kebenarannya.
h. Saat kita diberikan tugas untuk membagi
sesuatu atau urusan tertentu, maka kita harus bertindak adil sehingga tidak
menimbulkan rasa iri dan kecemburuan di antara pihak yang berkompeten.
i. Berupaya untuk selalu menambah dan
memperbanyak amal ibadah. Hal ini dikarenakan kelak pada hari pembalasan Allah
akan memberikan balasan yang adil bagi orang yang banyak beramal dan memberikan
siksa bagi orang yang tidak mau beribadah. Dengan demikian, kita juga akan
semakin berhati-hati dalam bersikap, berkata, dan berbuat karena semua akan ada
balasannya.
j. Tidak mementingkan suatu kelompok atau
golongan, tetapi berusaha berada di tengah-tengah agar tidak merugikan
pihak-pihak yang bersangkutan. Semua orang harus mendapat keadilan dari
keputusan kita.
7.
Al-Aakhir
Kita dapat meneladani asmaul husna
Al-Aakhir dengan cara berikut:
a. Berani bersikap baik bagi diri kita
sendiri, terhadap orang lain maupun Allah swt. Hal ini mempunyai maksud bahwa
kondisi baik kita didasarkan oleh ketiga hal tersebut. Oleh karena itu, apabila
kita mempunyai kesalahan atau dosa kepada orang lain, maka hendaknya berani
meminta maaf kepada diri kita sendiri, orang lain, dan Allah swt sehingga kelak
kita tidak menanggung beban kesalahan dan dosanya di hadapan Allah.
b. Tidak sombong di hadapan manusia dan Allah.
Karena kesombongan yang kita lakukan akan berakhir dengan hukuman Allah dan
kelak akan mendapat pembalasan yang setimpal dari kesombongan itu.
c. Berusaha menangguhkan segala sesuatu jika
memang kurang bermanfaat. Sehingga waktu-waktu kita akan selalu terisi dengan
segala sesuatu yang membawa manfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain.
d. Berupaya melakukan amal ibadah hingga ajal
menjemput sehingga kita meninggal dalam keadaan membawa iman, husnul khotimah
dan mempunyai bekal yang cukup untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
e. Tidak menunda-nunda tugas atau pekerjaan
yang menjadi tanggungjawab kita. Semakin kita menunda pekerjaan, maka semakin
menumpuk pula pekerjaan lainnya. Hal ini lama-kelamaan akan membuat kita
menjadi stres jika tuntutan pekerjaan itu harus segera diselesaikan dengan
hasil yang baik.
f. Menghindari berbuat maksiat, kejahatan
atau tindakan apa saja yang akan mendatangkan murka Allah, sebab ketika kita
sudah meninggal, kelak perbuatan kita itu akan dimintai pertanggungjawaban dan
mendapat balasan yang pedih.
g. Berusaha untuk selalu meningkatkan
ketakwaan dan amal shaleh. Hal ini dapat mengantarkan kita pada kehidupan yang
baik selama di dunia dan di akhirat.
Wynn casino says it will refund $20M owed to former - JT Hub
BalasHapusWynn's parent company has paid a record 천안 출장마사지 $20 million 광주광역 출장안마 to settle allegations it wrongly awarded 김제 출장샵 the $20 million 과천 출장마사지 unpaid balance in 동해 출장안마