Bab 1
Menjaga Kedamaian dengan Mawas
Diri, Berprasangka Baik, dan Persaudaraan
Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial. Setiap saat
dan setiap waktu kita sebagai manusia berinteraksi dengan manusia lain, baik
secara langsung, ataupun tidak langsung seperti lewat SMS, telepon, situs jejaring
sosial seperti facebook dan twitter, bahkan lewat tayangan video dan televisi.
Interaksi sosial seseorang
dengan individu lain menjadi sangat penting. Hal ini menjadi suatu alasan yang
menyebabkan emosi seseorang juga mengalami perubahan. Bisa jadi interaksi
dengan orang lain berdampak pada kebahagiaan atau sebaliknya malah menjadi kesal
dan marah. Berbagai aktivitas yang di lakukan manusia cenderung membuat labil
nya tingkat emosi seseorang.
Allah SWT ciptakan pada diri kita akal, nurani,
dan hawa nafsu. Akal mengajak kita berfikir rasional, nurani mengajak kita
untuk melakukan perbuatan baik, seedangkan hawa nafsu selalu mengajak manusia
melakukan perbuatan buruk dan melanggar hukum Allah SWT. Oleh karena itu kita
harus mengendalikan hawa nafsu melalui kekuatan nurani dan akal. Jika hawa
nafsu tidak dikendalikan maka diri kitalah yang akan dikendalikan. Lalu apa
yang akan terjadi jika diri kita dikendalikan oleh hawa nafsu? Kita akan hidup
sengsara dan jauh dari rahmat Allah SWT.
Wahai pemuda muslim yang cerdas, tahukah kalian
bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Interaksi
sosial diantara sesama manusia akan berjalan baik dan harmonis jika dilandasi
nilai-nilai Islam. Diantaranya dengan selalu berprasangka baik kepada orang
lain, saling membantu dan menjaga hubungan persaudaraan. Banyak konflik terjadi
ditengah-tengah masyarakat karena dipicu oleh sikap saling curiga. Apakah
kalian pernah memiliki sifat saling curiga? Sikap ini hanya akan membuat hidup
kita tidak tenang, mudah marah dan tersinggung. Pada dasarnya setiap orang
ingin dihormati dan perlakukan secara baik. Oleh karena itu kita harus
berprasangka baik dan menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain.
A. Mari Membaca QS Al-Anfal (8) Ayat 72, QS Al-Hujurat
(49) Ayat 12 dan Ayat 10
Ayat – ayat berikut ini
berisi pesan-pesan mulia tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah). Bacalah
dengan tartil ayat-ayat dibawah ini !
1. QS Al-Anfal (8) Ayat 72
2. QS Al-Hujurat (49) Ayat 12
3. QS Al-Hujurat (49) Ayat 10
B. Mari Memahami Tajwid QS Al-Anfal (8) Ayat 72,
QS Al-Hujurat (49) Ayat 12 dan Ayat 10
1. Ulasan Tajwid QS Al-Anfal (8) Ayat 72
No
|
Lafadz
|
Cara Membaca
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
1.
|
|
Innalladzina
(dibaca berdengung)
|
Ghunnah Musyaddah
|
Karena huruf nun
ber-syaddah
|
2.
|
|
Wahajaru
(Ha dibaca panjang 2 harakat )
|
Mad Thabi’i
|
Karena
huruf ha
berharakat fathah diikuti
alif
|
3.
|
|
Wa ang fusihim
( nun mati dibaca samar)
|
Ikhfa’
|
Karena nun mati bertemu fa
|
4.
|
|
sabilillah
(lafaz jalalah dibaca tipis)
|
muraqqaqah
|
Karena lafaz Allah didahului huruf lam yang berharakat kasrah
|
5.
|
|
auliyau
(dibaca panjang 3 alif atau 6 harakat)
|
Mad Wajib Muttashil
|
Karena ada mad thabi’i bertemu hamzah dalam satu kata
|
6.
|
|
Bainakum wabainahum
(mim mati dibaca jelas)
|
Idzhar safawi
|
Karena mim mati bertemu ya
|
7.
|
|
Syai’in hatta
(kasrah tanwin dibaca jelas)
|
Idzhar halqi
|
Karena kasrah tanwin
bertemu ha
|
8.
|
|
Fa’alaikumunnashru
(alif-lam tidak dibaca, dan di idghomkan dengan huruf dzal)
|
Al syamsiyah
|
Karena alif lam bertemu huruf nun
|
9.
|
|
Qoumim bainakum
( kasrah tanwin dibaca seperti bunyi huruf mim)
|
Iqlab
|
Karena kasrah tanwin
bertemu huruf ba
|
10.
|
|
Wabainahummitsaqun
( mim mati dipadukan dengan mim didepannya)
|
Idgham mutamatsilain
|
Karena mim mati bertemu mim
|
11.
|
|
waallahu
(lafaz jalalah dibaca tebal)
|
mufakhkhamah
|
Karena lafaz Allah didahului huruf Wawu yang berharakat fathah
|
2. Ulasan Tajwid QS Al-Hujurat (49) Ayat 12
No
|
Lafadz
|
Cara Membaca
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
1.
|
|
amanujtanibu
(huruf jim dibaca memantul)
|
qalqalah
|
Karena huruf jim berharakat sukun
|
2.
|
|
itsmuwwala
(dibaca berdengung)
|
Idghom bighunnah
|
Karena huruf mim berharakat dhummah tanwin
bertemu wawu
|
3.
|
|
Yaghtabba’dhukum
( ba mati dipadukan dengan ba didepannya)
|
Idgham mutamatsilain
|
Karena ba mati bertemu ba
|
4.
|
|
Ba’dhukummba’dha
(mim mati dibaca samar)
|
Ikhfa’ safawi
|
Karena mim mati bertemu ba
|
5.
|
|
Ba’dhukummba’dha (dibaca panjang 2 harakat)
|
Mad Iwadh
|
Karena ada fathah tanwin
terletak pada waqaf (berhenti)
|
6.
|
|
tawwaburrahim
(dibaca tidak berdengung)
|
Idghom bilaghunnah
|
Karena huruf ba berharakat dhummah tanwin
bertemu ra
|
3. Ulasan Tajwid QS Al-Hujurat (49) Ayat 10
No
|
Lafadz
|
Cara Membaca
|
Hukum Bacaan
|
Alasan
|
1.
|
|
Innamalmu’minu
(dibaca jelas)
|
Al Qamariyah
|
Karena alif lam bertemu huruf mim
|
2.
|
|
La’allakum turhamun
(panjangnya 2, 4 atau 6
harakat)
|
Mad Aridh Lissukun
|
Karena terdapat mad thabi’i
diakhir waqaf
|
C. Mari Mengartikan QS Al-Anfal (8) Ayat 72, QS
Al-Hujurat (49) Ayat 12 dan Ayat 10
1.
Arti Perkata dan Terjemah QS Al-Anfal (8) Ayat 72
Terjemah :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah
serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang
memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka
itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman
tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi
mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan
kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan
kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Anfal ayat 72)
2. Arti Perkata dan Terjemah QS Al-Hujurat (49) Ayat 12
Terjemah :
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh
Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurat ayat 12)
3. Arti Perkata dan Terjemah QS Al-Hujurat (49) Ayat 10
Terjemah:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin
itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)
dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat ayat 10)
D. Mari Memahami Pesan-Pesan Mulia Dalam Ayat
Al-Qur’an
1.
QS Al-Anfal (8) Ayat 72
QS Al-Anfal(8) ayat 72
mengandung pesan-pesan yang mulia, yaitu :
1)
Pada peristiwa hijrah, ada tiga golongan yang
disebutkan QS Al-Anfal(8) ayat 72, yaitu :
a)
Kaum Muhajirin
Muhajirin adalah orang-orang
yang berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Sebelum
berhijrah, mereka mengalami kekerasan dan kekejaman yang dilakukan oleh kaum
musyrikin. Namun mereka tetap sabar dan tabah menghadapinya, dan tetap dalam
keimanan. Mereka tetap bertahan dan berjuang membela agama Islam
dan bersedia berkorban dengan harta dan jiwa. Oleh sebab itu mereka mendapat
tempat istimewa disisi Allah SWT dan mendapat tiga sebutan, pertama
"beriman", kedua "berhijrah", dan ketiga "berjuang dengan harta
dan jiwa di jalan Allah".
b)
Kaum Anshar
Kaum Anshar adalah
orang-orang Madinah yang beriman kepada Allah SWT, berjanji kepada Nabi Muhammad
SAW dan kaum Muhajirin untuk bersama-sama berjuang di jalan Allah. Mereka bersedia
menolong, dan berkorban dengan harta dan jiwanya demi keberhasilan perjuangan
Islam. Allah memberikan dua sebutan mulia kepada mereka, pertama "pemberi
tempat kediaman" dan kedua "penolong dan pembantu".
c)
Kaum Muslimin
yang tidak berhijrah ke Madinah.
Mereka tetap
tinggal di Mekah yang dikuasai oleh kaum musyrikin. Mereka tidak dapat
disamakan dengan kaum Muhajirin dan Anshar karena mereka tidak berada dalam
lingkungan masyarakat Islam, tetapi hidup di lingkungan orang-orang musyrik.
Oleh karena itu hubungan antara mereka dengan kaum muslimin di Madinah tidak
dapat disamakan dengan hubungan antara Muhajirin dan Anshar dalam masyarakat
Islam. Hubungan antara sesama mukmin di Madinah sangat erat bahkan seperti
saudara satu keturunan yang tidak lagi membedakan hak dan kewajiban. Hubungan
antara mereka dengan mukmin di madinah hanya diikat atas dasar keimanan saja.
2)
Antara Muhajirin dan Anshor saling melindungi,
hidup berdampingan dan saling tolong menolong.
3)
Muhajirin dan Anshor melakukan jihad dengan harta
dan jiwanya atas dorongan keimanan kepada Allah SWT.
4)
Allah
SWT Maha Melihat dan Mengetahui
apa yang dilakukan oleh hamba-Nya.
QS Al-Anfal (8) ayat 72 menjelaskan bahwa Kaum
Muhajirin dan Anshar telah memberikan teladan dalam mujahadah an-nafs. Secara
bahasa mujahadah artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs
artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah an-nafs artinya perjuangan
sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh menghindari perbuatan yang melanggar
hukum-hukum Allah SWT. Dalam bahasa Indonesia mujahadah an-nafs disebut
dengan kontrol diri. Kontrol diri merupakan salah satu perilaku terpuji yang
harus dimiliki setiap muslim.
Menurut Al-Qur’an nafsu dibagi menjadi
tiga, yaitu :
a)
nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada
keburukan (QS Yusuf [12] ayat 53)
b)
nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap
perbuatan buruk (QS Al-Qiyamah [75] ayat 2)
c)
nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr
[89] ayat 27-30)
Dari ketiga nafsu yang disebutkan
Al-Qur’an diatas, kita tahu bahwa nafsu Ammarah mendorong manusia untuk berbuat
maksiat. Kemaksiatan akan menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT serta akan
menimbulkan kegelisahan dalam hati. Oleh karena itu Islam mengajarkan mujahadah
an-nafs supaya hidup kita bahagia dunia dan akhirat.
Hawa
nafsu memiliki kecenderungan untuk mencari berbagai macam kesenangan dengan tidak
mempedulikan aturan agama. Jika kita menuruti hawa nafsu maka sesungguhnya hati
kita telah tertawan dan diperbudak oleh hawa nafsu itu. Nabi Muhammad SAW
menyebut jihad melawan hawa nafsu sebagai jihad besar (jihadul akbar),
sedangkan jihad memerangi orang kafir sebagai jihad kecil (jihadul asghar).
Mengapa demikian ?. hal ini dikarenakan jihad melawan nafsu berarti jihad
melawan hal – hal yang menyenangkan, digemari, dan disukai. Sedangkan jihad
melawan orang kafir berarti jihad melawan musuh yang kita benci. Bukankah menghindari
sesuatu yang kita senangi jauh lebih berat daripada menghindari sesuatu yang
kita benci ?. Perhatikan hadits berikut ini :
Artinya : ”Dari Abu Hurairah ra,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Neraka dikelilingi dengan syahwat
(hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang surga dikelilingi hal-hal yang tidak
disenangi (nafsu)." (HR Bukhari)
Manfaat dan Hikmah Kontrol Diri
Seseorang yang melakukan kontrol diri (mujahadah
an-nafs) akan memperoleh manfaat dan hikmah sebagai berikut :
1) Hati semakin bersih dan tenang
2) Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin
3) Diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam
mengerjakan amal shaleh
4) Dijauhkan dari sifat-sifat tercela, seperti
iri, dengki dan sombong
5) Dicintai Allah SWT dan sesama manusia
6) Mendapatkan hidayah yang sempurna dari Allah
SWT
7)
Mendapatkan ridha dari Allah SWT
2. QS Al-Hujurat (49) Ayat 12
QS AL-Hujurat ayat 12 berisi larangan berprasangka buruk.
Berprasangka buruk (su’udzan) merupakan perilaku tercela yang harus
dihindari. Sebaliknya, orang beriman diperintahkan untuk berprasangka baik (husnudzan),
baik itu husnudzan kepada Allah SWT, kepada sesama manusia, maupun kepada
diri sendiri.
1) Husnudzan kepada Allah SWT
Husnudzan kepada Allah SWT artinya berprasangka baik kepada Allah SWT.
Allah SWT memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang, dan mencintai hamba-Nya
yang shaleh, serta tidak membebani seseorang diluar batas kemampuannya,
sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya”. (QS Al-Baqarah ayat 286)
Dalam hadits qudsi disebutkan :
Artinya : “saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda dari Allah Azzawajalla, "Saya berada
pada persangkaan hamba-Ku, maka berprasangkalah dengan-Ku sekehendaknya." (
HR Ahmad)
Berdasarkan hadits diatas dapat
dipahami bahwa jika kita berprasangka baik kepada Allah SWT maka Allah SWT juga
akan husnudzan kepada kita, demikian pula sebaliknya. Perwujudan husnudzan
kepada Allah SWT adalah bersyukur atas semua nikmat dan bersabar atas semua
ujian dari Allah SWT
2) Husnudzan kepada orang lain
QS Al-Hujurat (49) ayat 12 melarang orang beriman untuk berprasangka buruk
kepada orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain dan larangan menggunjing
orang lain. Sungguh, perbuatan tersebut adalah perbuatan dosa, bahkan Allah SWT
mengibaratkan orang yang menggunjing seperti memakan daging saudaranya yang
sudah mati. Bukankah hal ini sangat menjijikkan ?.
Dalam sebuah hadits disebutkan :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda: "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan
yang paling dusta.” (HR Bukhari)
Sebagai muslim kita harus hidup berdampingan dengan sesama muslim yang lain
serta menghormati hak dan kewajibannya. Rasulullah SaW bersabda :
Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW
bersabda: "Seorang muslim (yang sejati) adalah orang yang mana orang
muslim lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (HR Tirmidzi)
Hadits diatas menjelaskan hendaknya kita menjaga lisan
yang baik. Ucapan kita kepada orang lain terutama sesama muslim harus lemah
lembut dan tidak mengandung fitnah. Muslim sejati selalu menjaga lisannya
sebagai bentuk husnudzan kepada orang lain.
3) Husnudzan kepada diri sendiri
Seseorang yang berprasangka baik kepada diri sendiri akan memiliki
sikap percaya diri, optimis dan bekerja keras. Sebaliknya, jika seseorang
berburuk sangka kepada diri sendiri maka ia akan merasa pesimis, tidak percaya
diri, dan malas berusaha. Allah SWT melarang hamba-Nya berputus asa dari
rahmat-Nya sebagaimana QS Yusuf (12) ayat 87 berikut ini :
Artinya : “dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah
orang-orang yang kafir”. (QS Yusuf ayat 87)
Manfaat dan Hikmah Berprasangka Baik
Seseorang yang membiasakan diri berprasangka baik (husnudzan)
akan memperoleh manfaat dan hikmah sebagai berikut :
1)
Hidup
menjadi tenang dan penuh optimis.
3)
Membentuk pribadi yang tangguh
4)
Menjadikan seseorang kreatif
5)
Menyebabkan seseorang tidak mudah putus asa
6)
Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan
sesama.
3. QS Al-Hujurat (49) Ayat 10
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu
bersaudara. Persaudaraan (ukhuwah) diantara sesama mukmin adalah
persaudaraan yang dilandasi oleh persamaan aqidah dan keimanan kepada Allah SWT. Persaudaraan yang
didasari oleh nilai-nilai Islam dikenal dengan istilah ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah mencakup :
1) Ukhuwah Diniyyah
Yaitu persaudaraan yang didasari oleh persamaan agama. Persaudaraan seagama
dan seiman inilah yang dimaksud oleh QS Al-Hujurat ayat 10
2) Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab
Yaitu persaudaraan karena satu bangsa dan keterikatan keturunan.
3) Ukhuwah Insaniyyah atau basyariyyah
Yaitu persaudaraan karena sama-sama manusia.
Ukhuwah Diniyyah akan memperkokoh tegaknya kehidupan
masyarakat yang aman dan tenteram. Ukhuwah akan memunculkan solidaritas dan timbulnya
kepedulian sosial dimasyarakat. Sebagai sesama mukmin, kita harus mampu menjaga
martabat dan kehormatan sesama mukmin. QS Al-Hujurat ayat 10 menghendaki ukhuwah
kaum mukmin harus benar-benar kuat, lebih kuat dari persahabatan dan pertemanan
biasa. Kita laksanakan hak dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab. Rasulullah
SAW bersabda :
Artinya : “Dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata;
Rasulullah SAW bersabda: "Antara seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya
adalah bagaikan satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lainnya."(HR Tirmidzi)
Persaudaraan akan
menjadikan kehidupan yang harmonis, diliputi rasa saling mencintai, saling
menjaga perdamaian dan persatuan. Jika terjadi perselisihan diantara mereka,
maka Allah SWT memerintahkan untuk mendamaikan keduanya dengan mencari solusi
sesuai syariat Allah SWT dan rasul-Nya. Perselisihan diantara kaum muslim tidak
menyebabkan salah satunya keluar dari Islam, mereka tetap bersaudara. Mereka
harus didamaikan (ishlah) dengan cara-cara yang Islami.
Ukhuwah
harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sikap dan perilaku yang merupakan
perwujudan ukhuwah diantaranya bersikap lemah lembut, kasih sayang,
rendah hati dan saling mencintai. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata,
"Rasulullah SAW bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga hingga
kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi.” (HR
Muslim)
Manfaat dan
Hikmah Persaudaraan
Diantara manfaat dan
hikmah menjaga persaudaraan (ukhuwah) yaitu :
1)
menumbuhkan saling
pengertian
2)
menumbuhkan sikap saling tolong-menolong,
3)
menumbuhkan
sikap saling menghargai
4)
akan melahirkan rasa persatuan dan kesatuan
5)
menenangkan hati manusia.
A. Menerapkan Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs)
Untuk Meraih Hidup Bahagia
Tahukah kalian bagaimana
cara melakukan kontrol diri (Mujadah An-Nafs) ?. Cara pertama,
yaitu dengan memusuhi hawa nafsu. Tanamkanlah dalam hati kalian bahwa hawa
nafsu harus diperangi dan dilawan. Kedua, renungkanlah dampak negatif
dari perilaku maksiat, dan renungkanlah akibat positif beramal shaleh. Setiap perbuatan dosa dan
maksiat akan berakibat buruk bagi diri sendiri, misalnya hati gelisah, hidup
tidak tenang, dan merasa jauh dari Allah SWT. Sebaliknya, amal shaleh akan
berakibat positif bagi dirinya, misalnya hidup tenang, optimis, merasa dekat
dengan Allah SWT. Ketiga, memperbanyak
dan melanggengkan dzikir kepada Allah SWT (dzikrullah).
B. Menerapkan Prasangka Baik (Husnudzan) Untuk
Meraih Hidup Bahagia
Husnudzan kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan dua sikap yaitu:
Pertama, bersyukur atas semua
nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Bagaimana cara bersyukur ?. Caranya
dengan mengucapkan alhamdulillah, dan menggunakan nikmat sesuai petunjuk Allah
SWT dan rasul-Nya. Kedua, bersabar atas semua cobaan dan ujian dari
Allah SWT. Ingatlah bahwa Allah SWT tidak akan membebani seseorang diluar batas
kemampuannya.
Husnudzan kepada orang lain dapat
dilakukan dengan sikap sebagai berikut :
Pertama, mudah memaafkan
kesalahan orang lain. Kedua, melihat seseorang dari sisi baiknya. Ketiga,
mengingat-ingat kebaikan yang pernah dilakukan oleh seseorang. Keempat,
bertutur kata dan berperilaku lemah lembut kepada orang lain
Husnudzan kepada diri sendiri dapat
dilakukan dengan sikap sebagai berikut :
Pertama, percaya diri, meyakini
bahwa dirinya mampu melakukan sebuah pekerjaan. Kedua, optimis
menghadapi hidup, tidak mudah putus asa. Ketiga, berusaha dan bekerja
keras meraih cita-cita.
C. Menerapkan Persaudaraan (Ukhuwah) Untuk
Meraih Hidup Bahagia
Persaudaraan (ukhuwah) sesama mukmin akan bisa terjaga dan tumbuh
dengan melakukan hal-hal dibawah ini :
1)
Saling mencintai sesama mukmin karena Allah semata
2)
Menghargai perbedaan pendapat dan pandangan
3)
Membantu seorang mukmin yang mengalami kesulitan
4)
Melaksanakan hak dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab
1)
QS Al-Anfal (8) ayat 72 berisi perintah kontrol diri (mujahadah an-nafs)
2)
QS Al-Hujurat (49) ayat 12 berisi perintah berprasangka baik (husnudzan)
3)
QS Al-Hujurat (49) ayat 10 berisi perintah menjaga persaudaraan (ukhuwah)
4)
Mujahadah an-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau
bersungguh-sungguh menghindari perbuatan
yang melanggar hukum-hukum Allah SWT.
5)
Menurut Al-Qur’an nafsu manusia ada tiga yaitu nafsu ammarah, nafsu
lawwamah dan nafsu muthmainnah
6)
Rasulullah SAW menyebut jihad melawan hawa nafsu sebagai jihad besar (jihadul
akbar)
0 komentar:
Posting Komentar