Jumat, 23 Mei 2014

bab 1



Bab 1
Menjaga Kedamaian dengan Mawas Diri, Berprasangka Baik, dan Persaudaraan











Membuka Relung Kalbu



 





Text Box: Gambar : tiga orang sahabat sedang asyik bercengkrama di ruang tamu 




Narasi : hidup bahagia dengan membiasakan kontrol diri, prasangka baik, dan menjaga persaudaraan 

Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial. Setiap saat dan setiap waktu kita sebagai manusia berinteraksi dengan manusia lain, baik secara langsung, ataupun tidak langsung seperti lewat SMS, telepon, situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter, bahkan lewat tayangan video dan televisi.
Interaksi sosial seseorang dengan individu lain menjadi sangat penting. Hal ini menjadi suatu alasan yang menyebabkan emosi seseorang juga mengalami perubahan. Bisa jadi interaksi dengan orang lain berdampak pada kebahagiaan atau sebaliknya malah menjadi kesal dan marah. Berbagai aktivitas yang di lakukan manusia cenderung membuat labil nya tingkat emosi seseorang.
Allah SWT ciptakan pada diri kita akal, nurani, dan hawa nafsu. Akal mengajak kita berfikir rasional, nurani mengajak kita untuk melakukan perbuatan baik, seedangkan hawa nafsu selalu mengajak manusia melakukan perbuatan buruk dan melanggar hukum Allah SWT. Oleh karena itu kita harus mengendalikan hawa nafsu melalui kekuatan nurani dan akal. Jika hawa nafsu tidak dikendalikan maka diri kitalah yang akan dikendalikan. Lalu apa yang akan terjadi jika diri kita dikendalikan oleh hawa nafsu? Kita akan hidup sengsara dan jauh dari rahmat Allah SWT.
Wahai pemuda muslim yang cerdas, tahukah kalian bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Interaksi sosial diantara sesama manusia akan berjalan baik dan harmonis jika dilandasi nilai-nilai Islam. Diantaranya dengan selalu berprasangka baik kepada orang lain, saling membantu dan menjaga hubungan persaudaraan. Banyak konflik terjadi ditengah-tengah masyarakat karena dipicu oleh sikap saling curiga. Apakah kalian pernah memiliki sifat saling curiga? Sikap ini hanya akan membuat hidup kita tidak tenang, mudah marah dan tersinggung. Pada dasarnya setiap orang ingin dihormati dan perlakukan secara baik. Oleh karena itu kita harus berprasangka baik dan menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain. 

A.      Mari Membaca QS Al-Anfal (8) Ayat 72, QS Al-Hujurat (49) Ayat 12 dan Ayat 10
Ayat – ayat berikut ini berisi pesan-pesan mulia tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnudzan), dan persaudaraan (ukhuwah). Bacalah dengan tartil ayat-ayat dibawah ini !
                    
1.      QS Al-Anfal (8) Ayat 72

2.      QS Al-Hujurat (49) Ayat 12







3.      QS Al-Hujurat (49) Ayat 10







B.       Mari Memahami Tajwid QS Al-Anfal (8) Ayat 72, QS Al-Hujurat (49) Ayat 12 dan Ayat 10
1.      Ulasan Tajwid QS Al-Anfal (8) Ayat 72
No
Lafadz
Cara Membaca
Hukum Bacaan
Alasan
1.
Innalladzina
(dibaca berdengung)
Ghunnah Musyaddah
Karena huruf nun ber-syaddah  
2.
Wahajaru
(Ha dibaca panjang 2 harakat )
Mad Thabi’i
Karena huruf ha
 berharakat fathah diikuti alif
3.
Wa ang fusihim
( nun mati dibaca samar)
Ikhfa’
Karena nun mati   bertemu fa
4.
sabilillah
(lafaz jalalah dibaca tipis)
muraqqaqah
Karena lafaz Allah didahului huruf  lam yang berharakat kasrah
5.
auliyau
(dibaca panjang 3 alif atau 6 harakat)
Mad Wajib Muttashil
Karena ada mad thabi’i bertemu hamzah dalam satu kata
6.
Bainakum wabainahum
(mim mati dibaca jelas)
Idzhar safawi
Karena mim mati bertemu ya
7.
Syai’in hatta
(kasrah tanwin dibaca jelas)
Idzhar halqi
Karena kasrah tanwin
   bertemu ha
8.
Fa’alaikumunnashru
(alif-lam tidak dibaca, dan di idghomkan dengan huruf dzal)
Al syamsiyah
Karena alif lam bertemu huruf nun
9.
Qoumim bainakum
( kasrah tanwin dibaca seperti bunyi huruf mim)
Iqlab
Karena kasrah tanwin
bertemu huruf ba
10.
Wabainahummitsaqun
( mim mati dipadukan dengan mim didepannya)
Idgham mutamatsilain
Karena mim mati  bertemu mim
11.
waallahu
(lafaz jalalah dibaca tebal)
mufakhkhamah
Karena lafaz Allah didahului huruf  Wawu yang berharakat fathah


2.      Ulasan Tajwid QS Al-Hujurat (49) Ayat 12
No
Lafadz
Cara Membaca
Hukum Bacaan
Alasan
1.
amanujtanibu
(huruf jim dibaca memantul)
qalqalah
Karena huruf jim berharakat sukun
2.
itsmuwwala
(dibaca berdengung)
Idghom bighunnah
Karena huruf mim berharakat dhummah tanwin
bertemu wawu  
3.
Yaghtabba’dhukum
( ba mati dipadukan dengan ba didepannya)
Idgham mutamatsilain
Karena ba mati  bertemu ba
4.
Ba’dhukummba’dha
(mim mati dibaca samar)
Ikhfa’ safawi
Karena mim mati bertemu ba
5.
Ba’dhukummba’dha (dibaca panjang 2 harakat)
Mad Iwadh
Karena ada fathah tanwin  terletak pada waqaf (berhenti)
6.
tawwaburrahim
(dibaca tidak berdengung)
Idghom bilaghunnah
Karena huruf ba berharakat dhummah tanwin
bertemu ra  



3.      Ulasan Tajwid QS Al-Hujurat (49) Ayat 10
No
Lafadz
Cara Membaca
Hukum Bacaan
Alasan
1.
Innamalmu’minu
(dibaca jelas)
Al Qamariyah
Karena alif lam bertemu huruf mim
2.
La’allakum turhamun
(panjangnya 2, 4 atau 6 harakat)
Mad Aridh Lissukun
Karena terdapat mad thabi’i diakhir waqaf


C.      Mari Mengartikan QS Al-Anfal (8) Ayat 72, QS Al-Hujurat (49) Ayat 12 dan Ayat 10
1.      Arti Perkata dan Terjemah QS Al-Anfal (8) Ayat 72





































 




































Terjemah :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Anfal ayat 72)


2.      Arti Perkata dan Terjemah QS Al-Hujurat (49) Ayat 12






























 























Terjemah :
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurat ayat 12)


3.      Arti Perkata dan Terjemah QS Al-Hujurat (49) Ayat 10













 












Terjemah:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat ayat 10)


D.      Mari Memahami Pesan-Pesan Mulia Dalam Ayat Al-Qur’an
1.      QS Al-Anfal (8) Ayat 72
QS Al-Anfal(8) ayat 72 mengandung pesan-pesan yang mulia, yaitu :
1)       Pada peristiwa hijrah, ada tiga golongan yang disebutkan QS Al-Anfal(8) ayat 72, yaitu :
a)      Kaum Muhajirin
Muhajirin adalah orang-orang yang berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Sebelum berhijrah, mereka mengalami kekerasan dan kekejaman yang dilakukan oleh kaum musyrikin. Namun mereka tetap sabar dan tabah menghadapinya, dan tetap dalam keimanan. Mereka tetap bertahan dan berjuang membela agama Islam dan bersedia berkorban dengan harta dan jiwa. Oleh sebab itu mereka mendapat tempat istimewa disisi Allah SWT dan mendapat tiga sebutan, pertama "beriman", kedua "berhijrah",  dan ketiga "berjuang dengan harta dan jiwa di jalan Allah".
b)      Kaum Anshar
Text Box: Gambar :  masyarakat Madinah




Narasi : kaum Muhajirin dan Anshar berjuang mengalahkan hawa nafsu untuk mentaati perintah Allah SWT dan rsul-Nya 

Kaum Anshar adalah orang-orang Madinah yang beriman kepada Allah SWT, berjanji kepada Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin untuk bersama-sama berjuang di jalan Allah. Mereka bersedia menolong, dan berkorban dengan harta dan jiwanya demi keberhasilan perjuangan Islam. Allah memberikan dua sebutan mulia kepada mereka, pertama "pemberi tempat kediaman" dan kedua "penolong dan pembantu".
c)      Kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah.
Mereka tetap tinggal di Mekah yang dikuasai oleh kaum musyrikin. Mereka tidak dapat disamakan dengan kaum Muhajirin dan Anshar karena mereka tidak berada dalam lingkungan masyarakat Islam, tetapi hidup di lingkungan orang-orang musyrik. Oleh karena itu hubungan antara mereka dengan kaum muslimin di Madinah tidak dapat disamakan dengan hubungan antara Muhajirin dan Anshar dalam masyarakat Islam. Hubungan antara sesama mukmin di Madinah sangat erat bahkan seperti saudara satu keturunan yang tidak lagi membedakan hak dan kewajiban. Hubungan antara mereka dengan mukmin di madinah hanya diikat atas dasar keimanan saja.
2)       Antara Muhajirin dan Anshor saling melindungi, hidup berdampingan dan saling tolong menolong.
3)        Muhajirin dan Anshor melakukan jihad dengan harta dan jiwanya atas dorongan keimanan kepada Allah SWT.
4)        Allah SWT Maha Melihat dan Mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-Nya.
QS Al-Anfal (8) ayat 72 menjelaskan bahwa Kaum Muhajirin dan Anshar telah memberikan teladan dalam mujahadah an-nafs. Secara bahasa mujahadah artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah an-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh  menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT. Dalam bahasa Indonesia mujahadah an-nafs disebut dengan kontrol diri. Kontrol diri merupakan salah satu perilaku terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.
Menurut Al-Qur’an nafsu dibagi menjadi tiga, yaitu :
a)      nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan (QS Yusuf [12] ayat 53)
b)      nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk (QS Al-Qiyamah [75] ayat 2)
c)      nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr [89] ayat 27-30)
Dari ketiga nafsu yang disebutkan Al-Qur’an diatas, kita tahu bahwa nafsu Ammarah mendorong manusia untuk berbuat maksiat. Kemaksiatan akan menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT serta akan menimbulkan kegelisahan dalam hati. Oleh karena itu Islam mengajarkan mujahadah an-nafs supaya hidup kita bahagia dunia dan akhirat.
Text Box: Gambar :  masyarakat Madinah




Narasi : kaum Muhajirin dan Anshar berjuang mengalahkan hawa nafsu untuk mentaati perintah Allah SWT dan rsul-Nya 

Hawa nafsu memiliki kecenderungan untuk mencari berbagai macam kesenangan dengan tidak mempedulikan aturan agama. Jika kita menuruti hawa nafsu maka sesungguhnya hati kita telah tertawan dan diperbudak oleh hawa nafsu itu. Nabi Muhammad SAW menyebut jihad melawan hawa nafsu sebagai jihad besar (jihadul akbar), sedangkan jihad memerangi orang kafir sebagai jihad kecil (jihadul asghar). Mengapa demikian ?. hal ini dikarenakan jihad melawan nafsu berarti jihad melawan hal – hal yang menyenangkan, digemari, dan disukai. Sedangkan jihad melawan orang kafir berarti jihad melawan musuh yang kita benci. Bukankah menghindari sesuatu yang kita senangi jauh lebih berat daripada menghindari sesuatu yang kita benci ?. Perhatikan hadits berikut ini :







Artinya :  ”Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang surga dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi (nafsu)." (HR Bukhari)

Manfaat dan Hikmah Kontrol Diri
Seseorang yang melakukan kontrol diri (mujahadah an-nafs) akan memperoleh manfaat dan hikmah sebagai berikut :
1)      Hati semakin bersih dan tenang
2)      Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin
3)      Diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam mengerjakan amal shaleh
4)      Dijauhkan dari sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki dan sombong
5)      Dicintai Allah SWT dan sesama manusia
6)      Mendapatkan hidayah yang sempurna dari Allah SWT
7)      Mendapatkan ridha dari Allah SWT

2.      QS Al-Hujurat (49) Ayat 12
QS AL-Hujurat ayat 12 berisi larangan berprasangka buruk. Berprasangka buruk (su’udzan) merupakan perilaku tercela yang harus dihindari. Sebaliknya, orang beriman diperintahkan untuk berprasangka baik (husnudzan), baik itu husnudzan kepada Allah SWT, kepada sesama manusia, maupun kepada diri sendiri.

1)      Husnudzan kepada Allah SWT
Husnudzan kepada Allah SWT artinya berprasangka baik kepada Allah SWT. Allah SWT memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang, dan mencintai hamba-Nya yang shaleh, serta tidak membebani seseorang diluar batas kemampuannya, sebagaimana firman-Nya :
 


Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (QS Al-Baqarah ayat 286)

Dalam hadits qudsi disebutkan :


 





Artinya :  “saya mendengar Rasulullah SAW bersabda dari Allah Azzawajalla, "Saya berada pada persangkaan hamba-Ku, maka berprasangkalah dengan-Ku sekehendaknya." ( HR Ahmad)

      Berdasarkan hadits diatas dapat dipahami bahwa jika kita berprasangka baik kepada Allah SWT maka Allah SWT juga akan husnudzan kepada kita, demikian pula sebaliknya. Perwujudan husnudzan kepada Allah SWT adalah bersyukur atas semua nikmat dan bersabar atas semua ujian dari Allah SWT

2)      Husnudzan kepada orang lain
QS Al-Hujurat (49) ayat 12 melarang orang beriman untuk berprasangka buruk kepada orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain dan larangan menggunjing orang lain. Sungguh, perbuatan tersebut adalah perbuatan dosa, bahkan Allah SWT mengibaratkan orang yang menggunjing seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Bukankah hal ini sangat menjijikkan ?.
Dalam sebuah hadits disebutkan :


 





Artinya : “Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR Bukhari)

Sebagai muslim kita harus hidup berdampingan dengan sesama muslim yang lain serta menghormati hak dan kewajibannya. Rasulullah SaW bersabda :


 





Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Seorang muslim (yang sejati) adalah orang yang mana orang muslim lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (HR Tirmidzi)

Hadits diatas menjelaskan hendaknya kita menjaga lisan yang baik. Ucapan kita kepada orang lain terutama sesama muslim harus lemah lembut dan tidak mengandung fitnah. Muslim sejati selalu menjaga lisannya sebagai bentuk husnudzan kepada orang lain.  

3)      Husnudzan kepada diri sendiri
Seseorang yang berprasangka baik kepada diri sendiri akan memiliki sikap percaya diri, optimis dan bekerja keras. Sebaliknya, jika seseorang berburuk sangka kepada diri sendiri maka ia akan merasa pesimis, tidak percaya diri, dan malas berusaha. Allah SWT melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya sebagaimana QS Yusuf (12) ayat 87 berikut ini :


 






Artinya : “dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir”. (QS Yusuf ayat 87)

Manfaat dan Hikmah Berprasangka Baik
Seseorang yang membiasakan diri berprasangka baik (husnudzan) akan memperoleh manfaat dan hikmah sebagai berikut :
1)       Hidup menjadi tenang dan penuh optimis.
2)       Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala cobaan
3)       Membentuk pribadi yang tangguh
4)       Menjadikan seseorang kreatif
5)       Menyebabkan seseorang tidak mudah putus asa
6)       Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.

3.      QS Al-Hujurat (49) Ayat 10
Ayat ini menegaskan bahwa orang-orang mukmin itu bersaudara. Persaudaraan (ukhuwah) diantara sesama mukmin adalah persaudaraan yang dilandasi oleh persamaan aqidah  dan keimanan kepada Allah SWT. Persaudaraan yang didasari oleh nilai-nilai Islam dikenal dengan istilah ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah mencakup :
1)      Ukhuwah Diniyyah
Yaitu persaudaraan yang didasari oleh persamaan agama. Persaudaraan seagama dan seiman inilah yang dimaksud oleh QS Al-Hujurat ayat 10
2)      Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab
Yaitu persaudaraan karena satu bangsa dan keterikatan keturunan.
3)      Ukhuwah Insaniyyah atau basyariyyah
Yaitu persaudaraan karena sama-sama manusia.
Ukhuwah Diniyyah akan memperkokoh tegaknya kehidupan masyarakat yang aman dan tenteram. Ukhuwah akan memunculkan solidaritas dan timbulnya kepedulian sosial dimasyarakat. Sebagai sesama mukmin, kita harus mampu menjaga martabat dan kehormatan sesama mukmin. QS Al-Hujurat ayat 10 menghendaki ukhuwah kaum mukmin harus benar-benar kuat, lebih kuat dari persahabatan dan pertemanan biasa. Kita laksanakan hak dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab. Rasulullah SAW bersabda :



 






Artinya : Dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Antara seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah bagaikan satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lainnya."(HR Tirmidzi)

Persaudaraan akan menjadikan kehidupan yang harmonis, diliputi rasa saling mencintai, saling menjaga perdamaian dan persatuan. Jika terjadi perselisihan diantara mereka, maka Allah SWT memerintahkan untuk mendamaikan keduanya dengan mencari solusi sesuai syariat Allah SWT dan rasul-Nya. Perselisihan diantara kaum muslim tidak menyebabkan salah satunya keluar dari Islam, mereka tetap bersaudara. Mereka harus didamaikan (ishlah) dengan cara-cara yang Islami.
            Ukhuwah harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Sikap dan perilaku yang merupakan perwujudan ukhuwah diantaranya bersikap lemah lembut, kasih sayang, rendah hati dan saling mencintai. Rasulullah SAW bersabda :





Artinya : “Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi.” (HR Muslim)

Manfaat dan Hikmah Persaudaraan
Diantara manfaat dan hikmah menjaga persaudaraan (ukhuwah) yaitu :
1)      menumbuhkan saling pengertian
2)      menumbuhkan sikap saling tolong-menolong,
3)      menumbuhkan sikap saling menghargai
4)      akan melahirkan rasa persatuan dan kesatuan
5)      menenangkan hati manusia.







Menerapkan Aklak Mulia


 




A.      Menerapkan Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs) Untuk Meraih Hidup Bahagia
Tahukah kalian bagaimana cara melakukan kontrol diri (Mujadah An-Nafs) ?. Cara pertama, yaitu dengan memusuhi hawa nafsu. Tanamkanlah dalam hati kalian bahwa hawa nafsu harus diperangi dan dilawan. Kedua, renungkanlah dampak negatif dari perilaku maksiat, dan renungkanlah akibat positif  beramal shaleh. Setiap perbuatan dosa dan maksiat akan berakibat buruk bagi diri sendiri, misalnya hati gelisah, hidup tidak tenang, dan merasa jauh dari Allah SWT. Sebaliknya, amal shaleh akan berakibat positif bagi dirinya, misalnya hidup tenang, optimis, merasa dekat dengan Allah SWT.  Ketiga, memperbanyak dan melanggengkan dzikir kepada Allah SWT (dzikrullah).

B.       Menerapkan Prasangka Baik (Husnudzan) Untuk Meraih Hidup Bahagia
Husnudzan kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan dua sikap yaitu:
Pertama, bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Bagaimana cara bersyukur ?. Caranya dengan mengucapkan alhamdulillah, dan menggunakan nikmat sesuai petunjuk Allah SWT dan rasul-Nya. Kedua, bersabar atas semua cobaan dan ujian dari Allah SWT. Ingatlah bahwa Allah SWT tidak akan membebani seseorang diluar batas kemampuannya.
           
Husnudzan kepada orang lain dapat dilakukan dengan sikap sebagai berikut :
Pertama, mudah memaafkan kesalahan orang lain. Kedua, melihat seseorang dari sisi baiknya. Ketiga, mengingat-ingat kebaikan yang pernah dilakukan oleh seseorang. Keempat, bertutur kata dan berperilaku lemah lembut kepada orang lain

Husnudzan kepada diri sendiri dapat dilakukan dengan sikap sebagai berikut :
Pertama, percaya diri, meyakini bahwa dirinya mampu melakukan sebuah pekerjaan. Kedua, optimis menghadapi hidup, tidak mudah putus asa. Ketiga, berusaha dan bekerja keras meraih cita-cita.

C.      Menerapkan Persaudaraan (Ukhuwah) Untuk Meraih Hidup Bahagia
Persaudaraan (ukhuwah)  sesama mukmin akan bisa terjaga dan tumbuh dengan melakukan hal-hal dibawah ini :
1)      Saling mencintai sesama mukmin karena Allah semata
2)      Menghargai perbedaan pendapat dan pandangan
3)      Membantu seorang mukmin yang mengalami kesulitan
4)      Melaksanakan hak dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab








Rangkuman


 




1)      QS Al-Anfal (8) ayat 72 berisi perintah kontrol diri (mujahadah an-nafs)
2)      QS Al-Hujurat (49) ayat 12 berisi perintah berprasangka baik (husnudzan)
3)      QS Al-Hujurat (49) ayat 10 berisi perintah menjaga persaudaraan (ukhuwah)
4)      Mujahadah an-nafs artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh  menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT.
5)      Menurut Al-Qur’an nafsu manusia ada tiga yaitu nafsu ammarah, nafsu lawwamah dan nafsu muthmainnah
6)      Rasulullah SAW menyebut jihad melawan hawa nafsu sebagai jihad besar (jihadul akbar)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.