Senyawa Hidrokarbon
Senyawa
hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya,
senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom
hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa
hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain.
Sampai saat
ini telah dikenal lebih dari 2 juta senyawa hidrokarbon. Untuk mempermudah
mempelajari senyawa hidrokarbon yang begitu banyak, para ahli mengolongkan
hidrokarbon berdasarkan susunan atom-atom karbon dalam molekulnya.
Berdasarkan
susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan
besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik
adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan
bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi
menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
- Senyawa
alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi
ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana.
- Senyawa
alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan
rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan
memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna.
- Senyawa
hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan
lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi
menjadi senyawa alisiklik dan aromatik.
· senyawa
alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantai tertutup.
· Senyawa
aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang membentuk rantai
benzena.
Sifat-Sifat Hidrokarbon
Meliputi : a) Sifat-Sifat Fisis
b) Sifat Kimia Berkaitan dengan reaksi kimia.
1) Reaksi-reaksi pada Alkana
b) Sifat Kimia Berkaitan dengan reaksi kimia.
1) Reaksi-reaksi pada Alkana
Alkana
tergolong zat yang sukar bereaksi sehingga disebut parafin yang artinya afinitas
kecil . Reaksi terpenting dari alkana adalah reaksi pembakaran,
substitusi dan perengkahan ( cracking ).
Penjelasan :
a. Pembakaran
a. Pembakaran
o Pembakaran
sempurna alkana menghasilkan gas CO 2 dan uap air, sedangkan
pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas CO dan uap air, atau jelaga
(partikel karbon).
b.
Substitusi atau pergantian
· Atom H
dari alkana dapat digantikan oleh atom lain, khususnya golongan halogen
.
·
Penggantian atom H oleh atom atau gugus lain disebut reaksi substitusi .
· Salah satu
reaksi substitusi terpenting dari alkana adalah halogenasi yaitu
penggantian atom H alkana dengan atom halogen, khususnya klorin ( klorinasi
).
· Klorinasi
dapat terjadi jika alkana direaksikan dengan klorin.
c.
Perengkahan atau cracking
§
Perengkahan adalah pemutusan rantai karbon menjadi potongan-potongan yang lebih
pendek.
§
Perengkahan dapat terjadi bila alkana dipanaskan pada suhu dan
tekanan tinggi tanpa oksigen .
§ Reaksi ini
juga dapat dipakai untuk membuat alkena dari alkana . Selain itu juga
dapat digunakan untuk membuat gas hidrogen dari alkana .
2)
Reaksi-reaksi pada Alkena
o Alkena
lebih reaktif daripada alkana. Hal ini disebabkan karena adanya ikatan rangkap
C=C.
o Reaksi
alkena terutama terjadi pada ikatan rangkap tersebut. Reaksi penting dari
alkena meliputi : reaksi pembakaran, adisi dan polimerisasi .
Penjelasan :
a. Pembakaran
Penjelasan :
a. Pembakaran
§ Seperti
halnya alkana, alkena suku rendah mudah terbakar. Jika dibakar di udara
terbuka, alkena menghasilkan jelaga lebih banyak daripada alkana. Hal ini
terjadi karena alkena mempunyai kadar C lebih tinggi daripada alkana, sehingga
pembakarannya menuntut / memerlukan lebih banyak oksigen.
§ Pembakaran
sempurna alkena menghasilkan gas CO 2 dan uap air.
b. Adisi
(penambahan = penjenuhan)
o Reaksi
terpenting dari alkena adalah reaksi adisi yaitu reaksi penjenuhan ikatan
rangkap .
c.
Polimerisasi
· Adalah
reaksi penggabungan molekul-molekul sederhana menjadi molekul yang besar.
· Molekul
sederhana yang mengalami polimerisasi disebut monomer ,
sedangkan hasilnya disebut polimer .
· Polimerisasi
alkena terjadi berdasarkan reaksi adisi .
· Prosesnya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
ü Mula-mula
ikatan rangkap terbuka sehingga terbentuk gugus dengan 2 elektron tidak
berpasangan.
ü
Elektron-elektron tidak berpasangan tersebut kemudian membentuk ikatan antar
gugus sehingga membentuk rantai.
3)
Reaksi-reaksi pada Alkuna
o
Reaksi-reaksi pada alkuna mirip dengan alkena; untuk menjenuhkan ikatan
rangkapnya, alkuna memerlukan pereaksi 2 kali lebih banyak dibandingkan dengan
alkena.
o
Reaksi-reaksi terpenting dalam alkena dan alkuna adalah reaksi adisi dengan H
2, adisi dengan halogen (X 2 ) dan adisi dengan asam halida
(HX).
o Pada
reaksi adisi gas HX (X = Cl, Br atau I) terhadap alkena dan alkuna berlaku aturan
Markovnikov yaitu :
“ Jika
atom C yang berikatan rangkap mengikat jumlah atom H yang berbeda, maka atom X
akan terikat pada atom C yang sedikit mengikat atom H ”
“ Jika
atom C yang berikatan rangkap mengikat jumlah atom H sama banyak, maka atom X
akan terikat pada atom C yang mempunyai rantai C paling panjang “
Keisomeran
Isomer adalah senyawa-senyawa yang mempunyai
rumus molekul yang sama tetapi mempunyai struktur atau konfigurasi yang
berbeda .
Struktur
berkaitan dengan cara atom-atom saling berikatan, sedangkan konfigurasi
berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul.
Keisomeran
dibedakan menjadi 2 yaitu :
o Keisomeran
struktur : keisomeran karena perbedaan struktur.
o Keisomeran
ruang : keisomeran karena perbedaan konfigurasi (rumus molekul dan
strukturnya sama).
Keisomeran
Struktur
Dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
· keisomeran kerangka : jika rumus molekulnya sama tetapi rantai induknya (kerangka atom) berbeda.
Dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
· keisomeran kerangka : jika rumus molekulnya sama tetapi rantai induknya (kerangka atom) berbeda.
· keisomeran
posisi : jika rumus molekul dan rantai induknya (kerangka atom) sama tetapi
posisi cabang / gugus penggantinya berbeda.
· keisomeran
gugus fungsi
Keisomeran
Ruang
Dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
o keisomeran geometri : keisomeran karena perbedaan arah (orientasi) gugus-gugus tertentu dalam molekul dengan struktur yang sama.
Dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
o keisomeran geometri : keisomeran karena perbedaan arah (orientasi) gugus-gugus tertentu dalam molekul dengan struktur yang sama.
o keisomeran
optik .
A.
Keisomeran pada Alkana
o Tergolong keisomeran struktur yaitu perbedaan kerangka atom karbonnya. Makin panjang rantai karbonnya, makin banyak pula kemungkinan isomernya.
o Tergolong keisomeran struktur yaitu perbedaan kerangka atom karbonnya. Makin panjang rantai karbonnya, makin banyak pula kemungkinan isomernya.
o
Pertambahan jumlah isomer ini tidak ada aturannya. Perlu diketahui juga bahwa tidak
berarti semua kemungkinan isomer itu ada pada kenyataannya.
o Misalnya :
dapat dibuat 18 kemungkinan isomer dari C 8 H 18, tetapi
tidak berarti ada 18 senyawa dengan rumus molekul C 8 H 18
.
o Cara
sistematis untuk mencari jumlah kemungkinan isomer pada alkana :
B.
Keisomeran pada Alkena
Dapat berupa keisomeran struktur dan ruang.
a) Keisomeran Struktur.
§ Keisomeran struktur pada alkena dapat terjadi karena perbedaan posisi ikatan rangkap atau karena perbedaan kerangka atom C.
Dapat berupa keisomeran struktur dan ruang.
a) Keisomeran Struktur.
§ Keisomeran struktur pada alkena dapat terjadi karena perbedaan posisi ikatan rangkap atau karena perbedaan kerangka atom C.
§ Keisomeran
mulai ditemukan pada butena yang mempunyai 3 isomer struktur. Contoh yang lain
yaitu alkena dengan 5 atom C.
b) Keisomeran
Geometris. Ø Keisomeran
ruang pada alkena tergolong keisomeran geometris yaitu : karena perbedaan
penempatan gugus-gugus di sekitar ikatan rangkap.
Contohnya :
o Keisomeran pada 2-butena. Dikenal 2 jenis 2-butena yaitu cis -2-butena dan trans -2-butena. Keduanya mempunyai struktur yang sama tetapi berbeda konfigurasi (orientasi gugus-gugus dalam ruang).
o Keisomeran pada 2-butena. Dikenal 2 jenis 2-butena yaitu cis -2-butena dan trans -2-butena. Keduanya mempunyai struktur yang sama tetapi berbeda konfigurasi (orientasi gugus-gugus dalam ruang).
o Pada cis
-2-butena, kedua gugus metil terletak pada sisi yang sama dari ikatan rangkap;
sebaliknya pada trans -2-butena, kedua gugus metil berseberangan.
Ø Tidak
semua senyawa yang mempunyai ikatan rangkap pada atom karbonnya (C=C) mempunyai
keisomeran geometris. Senyawa itu akan mempunyai keisomeran geometris jika
kedua atom C yang berikatan rangkap mengikat gugus-gugus yang berbeda.
C.
Keisomeran pada Alkuna
v Keisomeran pada alkuna tergolong keisomeran kerangka dan posisi .
v Keisomeran pada alkuna tergolong keisomeran kerangka dan posisi .
v Pada
alkuna tidak terdapat keisomeran geometris.
v Keisomeran
mulai terdapat pada butuna yang mempunyai 2 isomer.
Alkuna
o Adalah hidrokarbon
alifatik tak jenuh yaitu hidrokarbon dengan satu ikatan rangkap tiga
(–C≡C–) . Senyawa yang mempunyai 2 ikatan rangkap 3 disebut alkadiuna,
yang mempunyai 1 ikatan rangkap 2 dan 1 ikatan rangkap 3 disebut alkenuna
.
o Rumus umum
alkuna yaitu : C n H 2n-2 ; n = jumlah atom C
Tata Nama
Alkuna
o Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran –ana menjadi –una .
o Nama alkuna diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran –ana menjadi –una .
o Tata
nama alkuna bercabang sama seperti penamaan alkena.
Sumber dan
Kegunaan Alkuna
Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna (asetilena), C 2 H 2 . Gas asetilena digunakan untuk mengelas besi dan baja.
Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna (asetilena), C 2 H 2 . Gas asetilena digunakan untuk mengelas besi dan baja.
Alkena
o Adalah hidrokarbon
alifatik tak jenuh yaitu hidrokarbon dengan satu ikatan rangkap dua (–C=C–)
. Senyawa yang mempunyai 2 ikatan rangkap 2 disebut alkadiena, yang
mempunyai 3 ikatan rangkap 2 disebut alkatriena dst.
o Rumus umum
alkena yaitu : C n H 2n ; n = jumlah atom C
Tata Nama
Alkena
1) Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai (yang jumlah atom Cnya sama), dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena .
1) Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai (yang jumlah atom Cnya sama), dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena .
2) Rantai
induk adalah rantai terpanjang yang mengandung ikatan rangkap.
3) Penomoran
dimulai dari salah 1 ujung rantai induk sedemikian sehingga ikatan rangkap
mendapat nomor terkecil.
4) Posisi
ikatan rangkap ditunjukkan dengan awalan angka yaitu nomor dari atom C
berikatan rangkap yang paling tepi / pinggir (nomor terkecil).
5) Penulisan
cabang-cabang, sama seperti pada alkana.
Sumber dan
Kegunaan Alkena
Alkena dibuat dari alkana melalui proses pemanasan atau dengan bantuan katalisator (cracking). Alkena suku rendah digunakan sebagai bahan baku industri plastik, karet sintetik, dan alkohol.
Alkena dibuat dari alkana melalui proses pemanasan atau dengan bantuan katalisator (cracking). Alkena suku rendah digunakan sebagai bahan baku industri plastik, karet sintetik, dan alkohol.
Alkana
o Adalah hidrokarbon
alifatik jenuh yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan
antar atom karbonnya merupakan ikatan tunggal.
o Rumus umum
alkana yaitu : C n H 2n+2 ; n = jumlah atom C
Deret
Homolog Alkana
Adalah suatu golongan / kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama, mempunyai sifat yang mirip dan antar suku-suku berturutannya mempunyai beda CH 2 .
Adalah suatu golongan / kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama, mempunyai sifat yang mirip dan antar suku-suku berturutannya mempunyai beda CH 2 .
Sifat-sifat
deret homolog :
o Mempunyai
sifat kimia yang mirip
o Mempunyai
rumus umum yang sama
o Perbedaan
Mr antara 2 suku berturutannya sebesar 14
o Makin
panjang rantai karbon, makin tinggi titik didihnya
rumus
|
nama
|
rumus
|
nama
|
CH 4
|
metana
|
C 6
H 14
|
heksana
|
C 2
H 6
|
etana
|
C 7
H 16
|
heptana
|
C 3
H 8
|
propana
|
C 8
H 18
|
oktana
|
C 4
H 10
|
butana
|
C 9
H 20
|
nonana
|
C 5
H 12
|
pentana
|
C 10
H 22
|
dekana
|
Sifat-sifat
Alkana
- merupakan senyawa nonpolar, sehingga tidak larut dalam air
- makin banyak atom C (rantainya makin panjang), maka titik didih makin tinggi
- pada tekanan dan suhu biasa, CH 4 – C 4 H 10 berwujud gas, C 5 H 12 – C 17 H 36 berwujud cair, diatas C 18 H 38 berwujud padat
- mudah mengalami reaksi subtitusi dengan atom-atom halogen (F 2, Cl 2, Br 2 atau I 2 )
- dapat mengalami oksidasi (reaksi pembakaran)
Isomer
Alkana
Alkana yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi rumus struktur beda
Alkana yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi rumus struktur beda
CH 4,
C 2 H 6, C 3 H 8 tidak mempunyai
isomer
alkana
|
jumlah isomer
|
C 4
H 10
|
2
|
C 5
H 12
|
3
|
C 6
H 14
|
5
|
C 7
H 16
|
9
|
C 8
H 18
|
28
|
C 9
H 20
|
35
|
C 10
H 22
|
75
|
Tata Nama
Alkana
Berdasarkan aturan dari IUPAC (nama sistematik) :
Berdasarkan aturan dari IUPAC (nama sistematik) :
1) Nama
alkana bercabang terdiri dari 2 bagian :
o Bagian
pertama (di bagian depan) merupakan nama cabang
o Bagian
kedua (di bagian belakang) merupakan nama rantai induk
2) Rantai
induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Jika terdapat 2 atau lebih
rantai terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk
diberi nama alkana sesuai dengan panjang rantai.
3) Cabang
diberi nama alkil yaitu nama alkana yang sesuai, tetapi dengan mengganti
akhiran –ana menjadi –il. Gugus alkil mempunyai rumus umum : C
n H 2n+1 dan dilambangkan dengan R
4) Posisi
cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori.
Penomoran dimulai dari salah 1 ujung rantai induk sedemikian rupa sehingga
posisi cabang mendapat nomor terkecil.
5) Jika
terdapat 2 atau lebih cabang sejenis, harus dinyatakan dengan awalan di,
tri, tetra, penta dst.
6)
Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai dengan urutan abjad dari nama cabang
tersebut. Awalan normal, sekunder dan tersier diabaikan. Jadi n-butil,
sek-butil dan ters-butil dianggap berawalan b-.
Awalan iso-
tidak diabaikan. Jadi isopropil berawal dengan huruf i- .
Awalan normal,
sekunder dan tersier harus ditulis dengan huruf cetak
miring .
7) Jika penomoran ekivalen dari kedua ujung rantai induk, maka harus dipilih sehingga cabang yang harus ditulis terlebih dahulu mendapat nomor terkecil.
7) Jika penomoran ekivalen dari kedua ujung rantai induk, maka harus dipilih sehingga cabang yang harus ditulis terlebih dahulu mendapat nomor terkecil.
Berdasarkan
aturan-aturan tersebut di atas, penamaan alkana bercabang dapat dilakukan
dengan 3 langkah sebagai berikut :
1) Memilih
rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak.
2)
Penomoran, dimulai dari salah 1 ujung sehingga cabang mendapat nomor terkecil.
3) Penulisan
nama, dimulai dengan nama cabang sesuai urutan abjad, kemudian diakhiri dengan
nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka
dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,) antara angka dengan huruf
dipisahkan dengan tanda jeda (-).
Atau lebih
singkatnya adalah:
- Jika rantai lurus, nama sesuai dengan jumlah alkana dengan awalan n-(alkana)
- Jika rantai cabang;
- Tentukan rantai terpanjang (sebagai nama alkana)
- Tentukan rantai cabangnya (alkil)
- Pemberian nomor dimulai dari atom C yang paling dekat dengan cabang
- Alkil-alkil sejenis digabung dengan awalan di(2), tri(3), dst
- Alkil tak sejenis ditulis berdasar abjad (butil, etil, metil,..) atau dari yang paling sederhana (metil, etil, propil,….)
Gugus Alkil
Alkana yang
telah kehilangan 1 atom H
C n
H 2n+1
Sumber dan Kegunaan Alkana
Alkana adalah komponen utama dari gas alam dan minyak bumi.
Sumber dan Kegunaan Alkana
Alkana adalah komponen utama dari gas alam dan minyak bumi.
Kegunaan
alkana, sebagai :
· Bahan bakar
· Bahan bakar
· Pelarut
· Sumber
hidrogen
· Pelumas
· Bahan baku
untuk senyawa organik lain
· Bahan baku
industri
HIDROKARBON
A. Kekhasan / Keunikan Atom Karbon
o Sesuai dengan nomor golongannya (IVA), atom karbon mempunyai 4 elektron valensi. Oleh karena itu, untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon mempunyai kemampuan membentuk 4 ikatan kovalen yang relatif kuat.o Atom karbon dapat membentuk ikatan antar karbon; berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga.
o Sesuai dengan nomor golongannya (IVA), atom karbon mempunyai 4 elektron valensi. Oleh karena itu, untuk mencapai konfigurasi oktet maka atom karbon mempunyai kemampuan membentuk 4 ikatan kovalen yang relatif kuat.o Atom karbon dapat membentuk ikatan antar karbon; berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga.
o Atom
karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).
o Rantai
karbon yang terbentuk dapat bervariasi yaitu : rantai lurus, bercabang dan
melingkar ( siklik ).
B. Kedudukan Atom Karbon
Dalam senyawa hidrokarbon, kedudukan atom karbon dapat dibedakan sebagai berikut :
B. Kedudukan Atom Karbon
Dalam senyawa hidrokarbon, kedudukan atom karbon dapat dibedakan sebagai berikut :
· Atom C primer
: atom C yang mengikat langsung 1 atom C yang lain
· Atom C sekunde
r : atom C yang mengikat langsung 2 atom C yang lain
· Atom C tersier
: atom C yang mengikat langsung 3 atom C yang lain
· Atom C kuarterner
: atom C yang mengikat langsung 4 atom C yang lain
C. Klasifikasi / Penggolongan
Hidrokarbon (terdiri dari atom C dan H)
a. Berdasarkan bentuk rantai
karbonnya :
§ Hidrokarbon alifatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai terbuka jenuh (ikatan tunggal) maupun tidak jenuh (ikatan rangkap).
§ Hidrokarbon alifatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai terbuka jenuh (ikatan tunggal) maupun tidak jenuh (ikatan rangkap).
§
Hidrokarbon alisiklik = senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar /
tertutup (cincin).
§
Hidrokarbon aromatik = senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar
(cincin) yang mempunyai ikatan antar atom C tunggal dan rangkap
secara selang-seling / bergantian ( konjugasi ).
b. Berdasarkan jenis ikatan antar
atom karbonnya :
Ø
Hidrokarbon jenuh = senyawa hidrokarbon yang ikatan antar atom
karbonnya merupakan ikatan tunggal.
Ø
Hidrokarbon tak jenuh = senyawa hidrokarbon yang memiliki 1 ikatan
rangkap dua (alkena), atau lebih dari 1 ikatan rangkap dua (alkadiena),
atau ikatan rangkap tiga (alkuna).
Fraksi Minyak Bumi
Minyak
mentah ( crude oil ) sebagian besar tersusun dari senyawa-senyawa
hidrokarbon jenuh (alkana). Adapun hidrokarbon tak jenuh (alkena, alkuna dan
alkadiena) sangat sedikit dkandung oleh minyak bumi, sebab mudah mengalami
adisi menjadi alkana.
Oleh karena
minyak bumi berasl dari fosil organisme, mak minyak bumi mengandung
senyawa-senyawa belerang (0,1 sampai 7%), nitrogen (0,01 sampai 0,9%), oksigen
(0,6-0,4%) dan senyawa logam dalam jumlah yang sanagt kecil. Minyak mentah
dipisahkan menjadi sejumlah fraksi-fraksi melalui proses destilasi
(penyulingan).
Pemisahan
minyak mentah ke dalam komponen-komponen murni (senyawa tunggal) tidak mungkin
dilakukan dan juga tidak prakstis sebab terlalu banyak senyawa yang ada dalam
minyak tersebut dan senyawa hidrokarbon memiliki isomer-isomer dengan titik
didih yang berdekatan. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari destilasi minyak bumi
adalah campuran hidrokarbon yang mendidih pada trayek suhu tertentu. Misalnya
fraksi minyak tanah (kerosin) tersusun dari campuran senyawa-senyawa yang
mendidih antar 180 0 C-250 0 C. Proses destilasi
dikerjakan dengan menggunakan kolom atau menara destilasi .
Proses
pertama dalam pemrosesan minyak bumi adalah fraksionasi dari minyak mentah
dengan menggunakan proses destilasi bertingkat, adapun hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut Sisa :
- Minyak bisa menguap : minyak-minyak pelumas, lilin, parafin, dan vaselin.
- Bahan yang tidak bisa menguap : aspal dan arang minyak bumi
Kegunaan
Minyak Bumi berdasarkan fraksinya adalah sebagai berikut:
Bensin
Bensin
merupakan bahan bakar transportasi yang masih memegang peranan penting sampai
saat ini. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki
rantai C5-C10. Kadarnya bervariasi tergantung komposisi minyak mentah dan
kualitas yang diinginkan. Lalu, bagaimana sebenarnya penggunaan bensin sebagai
bahan bakar?
Bensin
sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
Oleh karena
bensin hanya terbakar dalam fase uap, maka bensin harus diuapkan dalam
karburator sebelum dibakar dalam silinder mesin kendaraan. Energi yang dihasilkan
dari proses pembakaran bensin diubah menjadi gerak melalui tahapan sebagai
berikut.
Pembakaran
bensin yang diinginkan adalah yang menghasilkan dorongan yang mulus terhadap
penurunan piston. Hal ini tergantung dari ketepatan waktu pembakaran agar
jumlah energi yang ditransfer ke piston menjadi maksimum. Ketepatan waktu
pembakaran tergantung dari jenis rantai hidrokarbon yang selanjutnya akan
menentukan kualitas bensin. -Alkana rantai lurus dalam bensin seperti n-heptana,
n-oktana, dan n-nonana sangat mudah terbakar. Hal ini
menyebabkan pembakaran terjadi terlalu awal sebelum piston mencapai posisi yang
tepat. Akibatnya timbul bunyi ledakan yang dikenal sebagai ketukan (knocking).
Pembakaran terlalu awal juga berarti ada sisa komponen bensin yang belum
terbakar sehingga energi yang ditransfer ke piston tidak maksimum. -Alkana
rantai bercabang/alisiklik/aromatik dalam bensin seperti isooktana tidak
terlalu mudah terbakar. Jadi, lebih sedikit ketukan yang dihasilkan, dan energi
yang ditransfer ke piston lebih besar.
Oleh karena
itu, bensin dengan kualitas yang baik harus mengandung lebih banyak alkana
rantai bercabang/alisiklik/aromatik dibandingkan alkana rantai lurus. Kualitas
bensin ini dinyatakan oleh bilangan oktan .
Bilangan
oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk
mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin. Nilai bilangan oktan 0
ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar, dan nilai 100 untuk isooktana
yang tidak mudah terbakar. Suatu campuran 30% nheptana dan 70% isooktana akan
mempunyai bilangan oktan:
= (30/100 x
0) + (70/100 x 100)
= 70
Bilangan
oktan suatu bensin dapat ditentukan melalui uji pembakaran sampel bensin untuk
memperoleh karakteristik pembakarannya. Karakteristik tersebut kemudian
dibandingkan dengan karakteristik pembakaran dari berbagai campuran n-heptana
dan isooktana. Jika ada karakteristik yang sesuai, maka kadar isooktana dalam
campuran n-heptana dan isooktana tersebut digunakan untuk menyatakan nilai
bilangan oktan dari bensin yang diuji.
Fraksi
bensin dari menara distilasi umumnya mempunyai bilangan oktan ~70. Untuk
menaikkan nilai bilangan oktan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
-Mengubah
hidrokarbon rantai lurus dalam fraksi bensin menjadi hidrokarbon rantai bercabang
melalui proses reforming Contohnya mengubah n-oktana menjadi isooktana.
-Menambahkan
hidrokarbon alisiklik/aromatik ke dalam campuran akhir fraksi bensin.
-Menambahkan
aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk memperlambat pembakaran bensin. Dulu
digunakan senyawa timbal (Pb). Oleh karena Pb bersifat racun, maka
penggunaannya sudah dilarang dan diganti dengan senyawa organik, seperti etanol
dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether).
Komponen Minyak Bumi
Minyak bumi
adalah campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan organik dari Sulfur,
Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama
Nikel, Besi dan Tembaga.
Minyak bumi
sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan berkomposisi yang sangat
bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman
sumur.
Dalam minyak
bumi parafinik ringan mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97 % sedangkan
dalam jenis asphaltik berat paling rendah 50 %.
Komponen
Hidrokarbon
Perbandingan
unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan atas
hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
- Karbon : 83,0-87,0 %
- Hidrogen : 10,0-14,0 %
- Nitrogen : 0,1-2,0 %
- Oksigen : 0,05-1,5 %
- Sulfur : 0,05-6,0 %
Komponen
hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan, yaitu :
- golongan parafinik
- golongan naphthenik
- golongan aromatik
- sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang.
Crude oil mengandung sejumlah senyawaan non
hidrokarbon, terutama senyawaan Sulfur, senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen,
senyawaan Organo Metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan
garam-garam anorganik (sebagai suspensi koloidal).
1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi
mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam
minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya
asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan
air.
- Senyawaan Oksigen
Kandungan
total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik dengan
naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu
lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk
ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa
monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam
Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
- Senyawaan Nitrogen
Umumnya
kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan
tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun
terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan
nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar
yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam
mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat
diekstrak dengan asam mineral encer.
- Konstituen Metalik
Logam-logam
seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic
cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk
gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power generator
temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam
terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan
dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat
bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik
lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.
Agar dapat
diolah menjadi produk-produknya, minyak bumi dari sumur diangkut ke Kilang
menggunakan kapal, pipa, mobil tanki atau kereta api. Didalam Kilang, minyak
bumi diolah menjadi produk yang kita kenal secara fisika berdasarkan trayek
titik didihnya (distilasi), dimana gas berada pada puncak kolom fraksinasi dan
residu (aspal) berada pada dasar kolom fraksinasi.
Setiap
trayek titik didih disebut “Fraksi”, misal :
0-50°C : Gas
50-85°C :
Gasoline
85-105°C :
Kerosin
105-135°C :
Solar
> 135°C :
Residu (Umpan proses lebih lanjut)
Jadi yang
namanya minyak bumi atau sering juga disebut crude oil adalah merupakan
campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang yang paling kecil, seperti
metan, yang memiliki satu atom karbon sampai dengan jenis hidrokarbon yang
paling besar yang mengandung 200 atom karbon bahkan lebih.
Secara garis
besar minyak bumi dikelompokkan berdasarkan komposisi kimianya menjadi empat
jenis, yaitu :
- Parafin
- Olefin
- Naften
- Aromat
Tetapi
karena di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minnyak bumi dalam bentuk
olefin, maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi tiga jenis saja, yaitu
Parafin, Naften dan Aromat.
Kandungan
utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau senyawa isomernya.
Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki
rumus kimia yang sama. Misal pada normal-butana pada gambar berikut memiliki
isomer 2-metil propana, atau kadang disebut juga iso-butana. Keduanya memiliki
rumus kimia yang sama, yaitu C4H10 tetapi memiliki rumus bangun yang berbeda
seperti tampak pada gambar.
Jika atom
karbon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom hidrogen (H)
dinotasikan sebagai bola berwarna merah maka gambar dari normal-butan dan
iso-butan akan tampak seperti gambar berikut :
Senyawa
hidrokarbon ‘normal’ sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon rantai
lurus, sedangkan senyawa isomernya atau ‘iso’ sering juga disebut sebagai
senyawa hidrokarbon rantai cabang. Keduanya merupakan jenis minyak bumi
jenis parafin .
Sedangkan
sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah senyawa
siklo-parafin yang disebut juga naften dan/atau senyawa aromat .
Berikut adalah contoh dari siklo-parafin dan aromat.
‘Keluarga
hidrokarbon’ terebut diatas disebut homologis, karena sebagian besar kandungan
yang ada dalam minyak bumi tersebut dapat dipisahkan kedalam beberapa jenis
kemurnian untuk keperluan komersial. Secara umum, di dalam kilang minyak bumi,
pemisahan perbandingan kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon yang memiliki
kandungan karbon yang lebih kecil dari C7. Pada umumnya kandungan tersebut
dapat dipisahkan dan diidentifikasi, tetapi hanya untuk keperluan di
laboratorium.
Campuran
siklo parafin dan aromat dalam rantai hidrokarbon panjang dalam minyak bumi
membuat minyak bumi tersebut digolongkan menjadi minyak bumi jenis aspaltin
.
Minyak bumi
di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni maupun aspaltin murni,
tetapi selalu dalam bentuk campuran antara parafin dan aspaltin. Pengelompokan
minyak bumi menjadi minyak bumi jenis parafin dan minyak bumi jenis aspaltin
berdasarkan banyak atau dominasi minyak parafin atau aspaltin dalam minyak
bumi. Artinya minyak bumi dikatakan jenis parafin jika senyawa parafinnya lebih
dominan dibandingkan aromat dan/atau siklo parafinnya. Begitu juga sebaliknya.
Dalam skala
industri, produk dari minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya,
atau berdasarkan trayek titik didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik
didih ini lebih sering dilakukan dibandingkan pengelompokan berdasarkan
komposisinya.
Minyak bumi
tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi terdapat
juga zat pengotor ( impurities ) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan
logam. Pada umumnya zat pengotor yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah
senyawa sulfur organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan
hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu atau lebih atom sulfur
dalam molekulnya.
Senyawa
sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk tiofen dan
disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon
panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle distillate).
Selain itu
zat pengotor lainnya yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa senyawa
halogen organik, terutama klorida, dan logam organik, yaitu natrium (Na),
Vanadium (V) dan nikel (Ni).
Titik didih
minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti, karena
sangat bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai
hidrokarbonnya. Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon rantai
pendek dimana memiliki jumlah atom karbon lebih sedikit maka titik didihnya
lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon rantai panjang dimana
memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih tinggi.